Iwan Fals – Semar Mendem

Dengan langkah tegap berjalan
Seorang pria gendut ubanan
Kau menyusuri lorong pasar
Dikawal ratusan kamera para wartawan
Untuk bahan obrolan buat isi koran

Gemetar para pedagang
Waktu melihat Semar datang
Mengoreksi harga makanan
Mengoreksi harga makanan

Langsung harga turun sekejap
Karena takut Semar menindak
Ibu pejabat yang ikut rombongan
Wah kebetulan mumpung ada teman
Harga barang turun dirasakan

Setelah Semar selesai
Mengoreksi harga makanan
Terpampang dalam surat kabar
Dengan resmi dia umumkan
Harga sembilan bahan pokok tiada perubahan

Ketika ku belanja di pasar
Kaget melihat harga barang
Lalu kuhampiri seorang pedagang
Dan kutanyakan

Berapa harga daging ?
Berapa sayur mayur ?
Berapa gula kopi ?
Berapa bawang putih ?
Berapa cabe merah ?

Mengapa semua harga naik edan edanan ?
Tak cocok sama Semar waktu dia umumkan

Baik adik akan saya tunjukkan
Kata para pedagang
Bila adik mau belanja lebih murah
Pergi saja sana ke Semar ubanan
Pergi saja sana ke Semar ubanan

Iwan Fals – Semar Mendem (1978)

Beberapa hari lalu saya menyaksikan konser Iwan Fals di satu stasiun TV, dan entah kenapa, begitu merinding mendengar ‘Sarjana Muda’ dilantunkan. Esoknya, warnet langganan dekat kontrakan memenuhi playlist mereka dengan lagu-lagu Om Iwan. Virgo memang kharismatik…

Saya tak harus berbicara banyak mengenai sosok satu ini. Siapa sih orang di Indonesia yang tak kenal Iwan Fals? Beliau bisa dibilang merupakan simbol perlawanan rakyat di era Orde Baru, ketika kebebasan berpendapat terpangkas sedemikian mematikannya. Lewat lagu-lagunya, kritik sosial mengalir deras, menerabas batas-batas ‘tata krama’, yang tak jarang membuatnya harus berurusan dengan pihak yang berwajib.

Saya hapal beberapa lagunya, terutama yang kerap diputar di berbagai media, namun baru kali ini berkesempatan membaca lirik lagu di atas, yang hingga sekarang pun belum pernah saya dengar seperti apa lagunya. Lagu ini dicekal, dilarang beredar, dan tak butuh kecerdasan luar biasa untuk mempertanyakan alasan pelarangannya. “Semar” di sini bolehlah diartikan sebagai perlambang sembarang tokoh, hanya saja saat itu, menjelang Repelita III, cuma satu orang yang memiliki karisma dan kuasa sebesar yang terdeskripsi lewat lagu di atas.

Time flies. 13 tahun usai reformasi, di era Internet ini, tak sulit lagi menemukan lirik dari lagu-lagu yang dulu sempat dilarang beredar tersebut. Bahkan beberapa lagu, yang dulu jadi barang langka yang bahkan untuk menyebarkannya saja perlu bergerilya, kini begitu bebas beredar versi digitalnya.

Sayangnya, Semar Mendem bukan satu dari lagu yang mudah untuk saya temukan tersebut. Yah, semoga saja ada pembaca posting ini yang pernah mendengarnya dan sudi berbagi. sekadar untuk memupus rasa penasaran saya…

12 thoughts on “Iwan Fals – Semar Mendem”

  1. Lagu yang tidak beredar! Makanya saya juga tak pernah dengar ini lagu. Padahal koleksi kaset Iwan di rumah, bisa menyaingi album album nya Iwan Fals yang disebutkan Wikipedia

    Reply
  2. @Wahyu & Fortynine

    Nah, nah, kalau manusia-manusia “retro” semacam kalian saja menyerah, saya kok ya semakin pesimis untuk bisa mendapatkan lagu ini…

    Reply
  3. @Ahya: Iwan Fals memang beneran legenda musik dan politik Indonesia

    @Itikkecil: Semoga saja Mbak, soalnya kalau dua orang jadul di atas saja ndak punya, saya ragu Google juga punya…

    @Giewahyudi: Etapi, rasanya jabatan presiden akan merendahkan martabat beliau…. Bayangkan kalau sampai Iwan Fals curhat di hadapan wartawan, betapa prihatinnya….

    Reply
  4. Ane punya lagu :
    Air n batu,
    Ӛҟư sayang kamu ( versi kepang duaa).
    17 juli ( 1st edition)
    15 juli ( 1st edition)
    16 juli ( 1st edition)
    Rubah ( versi 1st edition )
    Kasacima ( versi 1st editon )
    Merdeka ( versi 1st edition )
    Asyik gaak asyik ( versi 1st edition )
    Tanam tanam siram ( versi 1st edition )
    Malahayati ( versi 1st edition )
    Panggilan dari gunung ( rock )
    Potret ( rock )
    Air mata emas hitam
    Ӛҟư penyanyi jalanan
    Ӛҟư tak punya apa apa
    Anak cendana
    Anissa
    Awan putih
    Batas tak berbatas
    Berkaca pada genangan hujan
    Biarkan indonesia tanpa koran
    Bunga kayu di beranda
    Bunga kehidupan
    Cerita tiananmen
    Demokrasi nasi
    Dibawah tiang bendera
    Harapan tak boleh mati
    Ibuku matahariku
    Imelda mardun
    Indonesia hari ini
    Indonesia pusaka ( live ’98 )
    Jambore wisata
    Joned
    Kadal tua
    Kemarau
    Kembali ke masa lalu
    Kisah sapi malam
    Kopi manis kopi pahit
    Lagu pegangan ( krisis )
    Lagu sedih
    Luka lama
    Malam sunyi
    Maling budiman
    Mari terus bekerja
    Maumere
    Merdeka
    Mesin mesin pembunuh
    Mince makelar
    Mr tambourine man
    Nusakambangan
    Nyatakan saja
    Ooh
    Pemandangan
    Pepaya
    Percayalah kasih I
    Percayalah kasih II
    Perempuan keumala
    Resiko
    Saat minggu masih pagii
    Sebongkah batu
    Selamat tinggal ramadhan
    Selancar
    Semar mendem
    Sepak bola
    Serdadu dan kutil
    Serenade with ruby
    Si gembala sapi
    Sketsa setaan ygg bisu
    Suara dari jalanan
    Suksesi ( ooh indonesia )
    Tuhan
    Reformasi
    Burung putih
    Ӛҟư bergelora
    Bersatulah ( ft digo )
    Cinta sampai mati ( ft B3 )
    Dulu sekarang dan selamanya
    Dunia sudah tua
    Gila ( ft bunga )
    Hampa ( ft ari lasso )
    Join in jeans n jackets
    Kasih jangan kau pergi ( ft bunga )
    Katakan kita rasakan
    Kecoak pembangunan ( ’95 )
    Lingkaran suci
    Makan gak makan ( ft slank )
    Marilah kemari ( tribute to titik puspa )
    Menghapus jejakmu ( ft peterpan )
    Merah putih
    Negeri memang kaya ( bung karno )
    Orkes sakit hati ( ft slank )
    Perawan
    Penantian ( ft vina p)
    Anak cendana ( pola sederhana )
    Pondokku
    Tak adaa yang abadi ( ft peterpan )
    Yangg terdalam ( ft peterpan )
    Singo sirah dan rung sarung + video
    Siti sang bidadari
    Lagu satu ( latihan )
    Hossana ( barabas )
    Kapal bau pesing
    Film kantata takwa
    Adaa ygg ♏ªů barter Ъќ>:/ ?

    Reply
  5. Maaf hanya sekedar koreksi ada sebagian kecil teks yg salah.
    1. Di paragraf 3 (wah kebetulan mumpung ada teman,harga barang turun dirasakan), seharusnya”wah kebetulan mempeng ada semar,harga barang turun dia sikat.
    2. Paragraf 5 ( ketika kubelanja di pasar), seharusnya “cerita ku belanja di pasar.
    Terima kasih. SALAM SATU JIWA

    Reply

Leave a Comment