Padi – Tak Hanya Diam: A Review

Banjarmasin, 21 November 2007
 

Akhirnya!
Setelah seminggu lebih menyatroni Duta Disc, kemarin saya sukses juga membawa pulang CD bersampul merah “DNA” itu.
Setelah merogoh kocek 40 ribu plus pertanyaan unik dari si Mbak penjaga toko, “CD kan mas? Ndak ada gambarnya loh?” sekarang album tersebut sudah menemani saya menulis review ini.
Setelah penantian yang bikin geregetan, CD album ke-5 Padi, “Tak Hanya Diam” melengkapi koleksi CD original saya yang sejujurnya masih sangat sedikit 😛 .
Khusus untuk Padi, saya memang mau bayar sedikit lebih mahal, karena saya terlanjur yakin bakal dapat kualitas. And it (yet again) proves to be true!

Jadi gimana album barunya Med?
(Here comes the review:)

Overall, setelah mendengar sepenuhnya album terbaru mereka, satu kata yang bisa saya simpulkan: OUTSTANDING!!!
Album ini benar-benar layak ditunggu. Permainan mereka semakin matang, pemilihan sound semakin kaya, sementara beat-beat yang mereka hasilkan juga semakin bervariasi.
Album ini juga semakin menguatkan identitas mereka sebagai band dengan dua gitaris. Mereka pernah bilang kalau ingin menonjolkan faktor ini sebagai image mereka. Rindra dan Yoyok bertugas membangun pondasi, sementara Fadly adalah penyampai pesan. Nah, yang membangun nuansa adalah sepenuhnya fungsi dua gitar Piyu dan Ari. Keduanya punya ciri khas permainan yang amat berbeda, tapi bisa tetap kompak karena tahu benar di mana harus saling mengisi celah.
Berikut saya coba review sedikit lagu-per-lagu dari album mereka, di mana review ini harus saya tegaskan, amat subyektif karena murni merupakan opini pribadi saya.
Selain itu, saya coba memuat satu lagu dari empat album sebelumnya, yang menurut saya punya nuansa agak mirip dan siapa tahu bisa jadi bahan perbandingan.

01 – Sang Penghibur
Well, intronya sebenarnya agak “mengingatkan” saya pada Muscle Museum-nya Muse, tapi selebihnya beda kok, hehe…
Seperti album-album sebelumnya, lagu pembuka selalu jadi lagu dengan tempo tinggi dan enak diputar pagi-pagi. Tapi di lagu ini duet gitar Piyu dan Ari benar-benar sudah “ke mana-mana” dalam bereksplorasi. Tambahan Moogerfoger membuat lagu ini jadi lagu yang “penuh”.

Worth considering song: Di Atas Bumi Kita Berpijak

02 – Harmony
Diawali dengan amat slow, lagu mengalun pelan dengan Piyu mengambil alih lead vocal. Mendekati bagian akhir, dengan progresi yang sempurna, lagu ini masuk ke bagian kerasnya, dan ini mungkin jadi bagian aransemen drum Yoyok “tersulit” yang pernah saya dengar! Dahsyat!

Worth considering song: Rapuh

03 – Belum Terlambat
Lagu yang paling tipikal Padi dari sepuluh lagu di album ini. Bisa jadi lagu inilah yang akan bercokol paling lama di chart.
Lagunya sendiri agak mellow, tapi dibawakan dengan hentakan yang kuat dan distorsi yang keras. Hanya interlude fretless-nya Rindra tetap mempertahankan lagu ini sebagai lagu yang masuk kategori “sendu”.

Worth considering song: Semua Tak Sama

04 – Rencana Besar
Setelah diobok-obok di tiga lagu pertama, lagu ini membawa pendengar untuk “laid back” dan santai. Akustik, dan kelihatannya enak dibawakan sambil duduk-duduk. Tapi duet gitar di interlude yang salak menyalak itu… Woow!! I love it so much!!!

Worth considering song: Lain Dunia

05 – Terluka
Lagu tergelap di album ini, yang sepertinya diciptakan dengan segenap kekecewaan. Akan tetapi optimisme masih tetap berusaha mereka usung, pun ada ajakan agar tidak serta merta menyalahkan hidup. Yup, kekuatan terbesar lagu ini adalah pada liriknya, yang dibuat berdasarkan kisah nyata pengungsi lumpur Lapindo.

Worth considering song: Menerobos Gelap

06 – Jika Engkau Bersedih
Patah hati? Kecewa? Sepertinya anda perlu mendengarkan lagu ini agar bisa bangkit dari kerapuhan. Di sini Yoyok bermain dengan lebar, sementara kord dominant yang miring-miring dan sitar-nya Piyu seolah mengingatkan saya ke nuansa psychedelic Beatles.

Worth considering song: Ternyata Cinta

07 – Teruslah Bernyanyi
Ho ho ho… Sudah lama Padi ndak ngeluarin lagu seperti ini! Real optimistic, penuh semangat dan nada-nada ceria. Hanya saja, tambahan brass section itu kok ya mengingatkan saya pada album Pejantan Tangguh-nya Sheila On 7 ya?

Worth considering song: Bidadari

08 – Ode
Yap, kelihatannya ini jadi salah satu trademark lagu Padi yang lain lagi. Paling tidak sudah ada 3 lagu dari tiga album terakhir yang digarap dengan gaya seperti ini. Unsur etnik disisipkan dalam perkusi di Sesuatu Yang Tertunda, Tabla di Save My Soul, dan Jimbe di lagu ini. Saya curiga, album berikutnya akan menggunakan lagu ini sebagai judulnya.

Worth considering song: Save My Soul

09 – Jangan Datang Malam Ini
Nah, ini lagu paling “standar” di album ini. Musiknya sesederhana album pertama, dan liriknya se-nelangsa album kedua. Saya kok ya jadi ingat Mansup dengar lagu ini yah? :mrgreen:

Worth considering song: Beri Aku Arti

10 – Aku Bisa Menjadi Kekasih
Kya! The Police!!! Tidak bisa tidak, unsur reggae campur punk rock pastilah influence dari band ini. Tapi di tangan Padi, genre apapun akan melebur ke dalam aransemen yang dahsyat! Reggae di awal, rock di akhir. Melting begitu saja di bawah gebukan Yoyok.  So far, ini lagu favorit saya di album ini.

Worth considering song: Terlanjur

—————————————————-

*Fyuh…. Capek juga bikin review…*

31 thoughts on “Padi – Tak Hanya Diam: A Review”

  1. wehehehe, reviewnya keren..

    urun pendapat nih:
    lagu “Terluka” kayaknya produk idealis paling berhasil dari Padi..soalnya walaupun musiknya susah, reffnya masih ngepop, jadi masih bisa dinyanyiin enak..kan beda ama “Menerobos Gelap” yang idealis bgt sampe amit-amit susah buat dinyanyiin

    Entah kenapa lagu “Sang Penghibur” jadi sangat enak didengerin waktu diulang kelima kalinya..

    Sangat menggembirakan akhirnya Padi bikin lagu seperti “Teruslah Bernyanyi”. Fresh, tapi wajar…yang bikin bukan Piyu, hehehe…emang kayaknya harus ada selingan.

    “Jangan Datang Malam Ini” jadi lagu paling catchy…di samping “Belum Terlambat”

    itu aja sih, hehe..bravo Padi

    Reply
  2. @ Ade

    lagu “Terluka” kayaknya produk idealis paling berhasil dari Padi..soalnya walaupun musiknya susah, reffnya masih ngepop, jadi masih bisa dinyanyiin enak..kan beda ama “Menerobos Gelap” yang idealis bgt sampe amit-amit susah buat dinyanyiin

    Nah ini dia, kayaknya lagu ini bakal jarang dibawain di bus kota :mrgreen:

    Entah kenapa lagu “Sang Penghibur” jadi sangat enak didengerin waktu diulang kelima kalinya..

    Yap, ini bukan tipikal lagu sugary pop yang bisa langsung ditelan…

    Sangat menggembirakan akhirnya Padi bikin lagu seperti “Teruslah Bernyanyi”. Fresh, tapi wajar…yang bikin bukan Piyu, hehehe…emang kayaknya harus ada selingan.

    Yup, biarpun secara idealisme lagu begini terkesan “penurunan”, saat konser baru terasa pentingnya lagu semacam ini sebagai pemicu semangat audiens.

    “Jangan Datang Malam Ini” jadi lagu paling catchy…di samping “Belum Terlambat”

    Iya tuh, hehe… Ini dia yang kayaknya bakal sering dinyanyikan band-band lokal di acara kampus…

    eh, yg tadi pertamax yap? ^^

    Hasyah! 😈

    @ Lrozenesia
    Sebenarnya pake bahasa Banjar, tapi sudah saya translate sendiri demi kemaslahatan ummat. :mrgreen:

    Reply
  3. “CD kan mas? Ndak ada gambarnya loh?”

    jadi heran….. banyak yang nanya juga kalo pas beli CD di Palembang sini. Padahal kan ada tulisannya CD audio

    belum denger lagu padi, gak punya radio.

    Reply
  4. Hmmmm perlu ditiru sikap blogger seleb seperti kang Amed ini..

    membeli CD original,
    menyetelnya dengan hati-hati
    mendengarkannya se khusu mungkin
    mengamati lirik dan alunan melodinya
    mengaitkan dengan jenis2 musik
    menuliskan semua pengalaman
    mempublishkan di blog
    mengomentari komentator…

    …….. pekerjaan “mulia” ……. semoga menuai kebaikan.

    Reply
  5. @ Itikkecil
    Mungkin untuk memastikan kalau si pembeli gak beli VCD… :mrgreen:

    @ Caplang™
    Iyak, saya bayar dengan 8 lembar 5rb-an lecek gambar syeikh Pangeran Diponegoro

    @ Abu Kuda Al-Laknatullahharromanirrojim
    Hoh? Hare gene masih beli kaset?
    BTW, itu blognya kok dibredel? Ada keberatan dari Pangeran Diponegoro atau kenapa?

    @ Hoek
    Hoek sayang, sebagai sesama pengguna speedy, antum tentu mafhum dengan kualitas upload-nya kan??

    @ Kurtubi
    Hehehe, ndak se”khusyuk” itu lah Pak.. Cuma rada antusias aja gitu loh.. Tapi doanya saya amini, semoga aja Pak Bens Leo mbaca review saya terus ngajak jadi kontributor beliau, siapa tahu :mrgreen:

    Reply
  6. “CD kan mas? Ndak ada gambarnya loh?”

    Sama pas gw mau beli CD Seringai.. si mas penjaga Toko dgn PD dan underestimated me bilang ini gak ada gambarnya lho.. yg ada gambarnya DVD.. kakakaka capeee dweee..

    ‘Aku Bisa Menjadi Kekasih’ – dengerin intro lagu ini berasa dengerin Black Uhuru dicampur dengan Toots & The Maytals.. dark-aggressive regaae. “memaafkan itu tak seberat memindah samudra.. tak ada yang paling sempurna.. . ”

    ‘Jika Engkau Bersedih’ – Inilah yg gw maksud Piyu dpt ilham dr perjalanannya ke rumah mendiang Lenon di Liverpool.. mendayu-dayu..

    ‘Rencana Besar’ – Nah lagu ini yg gw agak excited.. rasanya mirip2 dgn band2 baru.. atau malah mirip dgn Sheila on 7..

    Gw paling suka lagu: ‘Aku Bisa Menjadi Kekasih’. 🙂

    Reply
  7. Review nya berkelas, bravo, belum denger nih lagunya kaya apa, gimana, coba donlot di tempat anangku bisa ngga yah, beli cd aslinya masih lama soalnya, huhuhuhuh, maunya yang donlotan doang nih, kasihan ya padi

    Reply
  8. @ Gimbal

    ‘Aku Bisa Menjadi Kekasih’ – dengerin intro lagu ini berasa dengerin Black Uhuru dicampur dengan Toots & The Maytals.. dark-aggressive regaae. “memaafkan itu tak seberat memindah samudra.. tak ada yang paling sempurna.. . ”

    Ho ho ho, dark-aggressive reggae ya namanya? Saya baru tau…

    ‘Jika Engkau Bersedih’ – Inilah yg gw maksud Piyu dpt ilham dr perjalanannya ke rumah mendiang Lenon di Liverpool.. mendayu-dayu..

    Iya nih, seingat saya Piyu dulu pernah bilang, pas proses penggarapan album ketiga mereka juga gak mau dengerin album-album orang, kecuali Beatles..

    ‘Rencana Besar’ – Nah lagu ini yg gw agak excited.. rasanya mirip2 dgn band2 baru.. atau malah mirip dgn Sheila on 7..

    Mirip band2 baru tapi minus menye’-menye’ dong ya?

    Gw paling suka lagu: ‘Aku Bisa Menjadi Kekasih’. 🙂

    Samaan dong kita, hehe…

    @ Raffaell
    Hehe, lah saya justru terinsfirasi dari review lagu-lagu Clancy di blog-mu 😀

    @ Almascatie
    Kalo bener-bener suka, saya saranin beli juga yang ori deh, hehe.. Gak rugi kok..
    Kalo suara Piyu saya setuju, GAHAR!!!

    Reply
  9. akhirnya kebeli jg albumnya. warna dari album sebelumnya masih keliatan. sayang lirik banyak yg ngga komersil, akan lbh baik sedikit ‘nipu’ ky albumnya the rock beberapa track ngepop sisanya nge-swing. overall idealisme dalam musikalitas mereka gue acung jempol.

    Reply
  10. @ Anthony yang “Rapuh”
    Sama-sama, semoga bermanfaat 😀

    @ Annmolly
    Yup, lirik-lirik manis mendayu-dayu itu Padi 8 tahun yang lalu… Sekarang mereka tinggal mematangkan idealisme saja.

    *Dan semoga tidak tergerus pasar yang makin…*

    @ Fortynine
    Minta? Beli!
    Komputer kubawa ke Bjb, kam ambil sorang gin kena

    Reply
  11. @ Metri
    Iya tuh, Mbak, Rencana Besar emang agak easy listening dibanding lagu-lagu berat di sekelilingnya 😀 .

    Mengenai Tembang Indonesia, itu kayaknya bukan saya yang nulis, saya sendiri baru baca sekarang, hehe, mungkin ngambil referensinya aja dari sini.

    Salam kenal juga!

    @ Nyonya 49
    Ga papa Nyah, bentar lagi mereka mau konser di Bjm kok.

    Reply
  12. gw juga penggemar lagu padi n selalu ngikutin perkembangan mereka sejak album pertama. mgkn gw sedikit berbeda pandangan ama yang lain, gw suka banget sama lagu padi, tapi sayangnya untuk album kelima ini yang bertittle”tak hanya diam”, gw kurang simpatik sama musiknya..untuk lyrik dan notasi musiknya udah bagus……tapi giliran pengaturan volume(volume control) dari masing2 personil sangat g enak sehingga kesannya berisik banget, irama yoyo g wah lagi seperti album sebelumnya. kayaknya masing2 peronil ingin memperlihatkan idealisme sendiri hingga lupa mengontrol volumenya. akibatnya kualitas hasil rekaman mereka n konser pun ribut sekali. gw jadi ill feel jadinya. kalo ngomong musik yang berkualitas n rapi banget gw masih memilih album kedua dan puncaknya pada album ketiga mereka.album ketiga ini yang menurut gw paling berkesan., sebab permainan mereka sangatlah rapi, sehingga kedengaran ditelinga gw harmoni banget.mgkn cuman rindra aja yang masih stabil di malbum kelima….,yang lainnya udah parah tuh……..tolong donk yang bisa bantuin sampein pesan gw ke padi sehingga merea bisa tahu…..ok, semangat padi gw selalu doa buat kalian.

    Reply

Leave a Reply to Amed Cancel reply