Being A Teacher

Banjarbaru, 12 Februari 2008

 

Ahaha.. Begini rupanya rasanya menikmati “cuti yang diperpanjang”… Pagi hari bangunnya santai, bikin susu buat Bunda, nyuci dan nyapu, sarapan juga dengan santai, jalan-jalan pagi dengan Nadira sambil dadah-dadah Bunda yang berangkat kerja. Bermain sepanjang pagi sampai Nadira tidur siang, nyaman nian. Walau rasanya kok badan jadi kurang gerak yah? (Halah, kerja ndak kerja, saya emang “lemu” duluan kok.)

Saya jadi punya waktu banyak untuk ngurusi komputer saya, dari menyusuni file dan folder, merapikan koleksi e-books yang lama terbengkalai, mencoba game-game program-program yang sudah lama pengen diinstal, dan merapikan folder “My Blogs” saya yang berantakan..

Tapi kok saya masih tetap malas menulis ya? Wah, ini dia masalahnya. Mumpung nganggur, mustinya saya bisa luangkan waktu lebih banyak untuk menulis. Mungkin setelah proses merapikan selesai, saya bisa lebih rajin menulis. Saya pengen punya target, bisa nulis minimal 3 hari sekali! Semoga, mumpung koneksi gratisan masih tersedia di hotspot Murjani.

Dan setelah kurang lebih seminggu dipecat mengundurkan diri dari kantor lama, saya akhirnya dapat kerjaan baru. Kerjaan sambilan sih, sementara menunggu SK keluar, yaitu.

Menjadi guru (kembali).

Yap, sudah lebih dari 3 tahunan saya meninggalkan profesi yang semestinya, kalau melihat dari Ijazah terakhir saya, harus saya lakoni. Terakhir saya mengajar adalah pada saat PPL 2, di SMKN 5 Banjarmasin (STM), sekitar pertengahan 2004. Akhir 2004 saya diterima di kantor lama saya, dan sepanjang saya kerja di sana, waktu saya ya full saya persembahkan untuk kantor. (Halah!)

Saya diminta bantuan oleh kawan kuliah, untuk mengajar kelas khusus, TOEFL Preparation (MAK!). Yang diajari adalah dosen-dosen yang mau meneruskan S2, dan perlu meningkatkan TOEFL score mereka… Semoga saja mereka tidak akan pernah tahu kalau saya sendiri belum pernah ikut tes TOEFL.

Lalu, demi sesuap nasi, saya juga musti berangkat dua kali seminggu ke Binuang, sekitar 50 km dari Banjarbaru, untuk memberikan pelatihan Bahasa Inggris bagi para PNS di lingkungan Balai Besar Pertanian Kalsel. 

Dan, rasanya menjadi guru sekarang, dibanding dulu, saat saya masih jadi mahasiswa yang naif, ternyata jauh berbeda. Entahlah, dulu saya cuma sempat ngajar di SMKN 5 dan SMAN 7 Banjarmasin, eks sekolah saya juga, yang mana muridnya mungkin cuma abegeh gawul yang liat cicak lewat aja langsung distracted dan ngikik ndak jelas. Sementara sekarang, selain yang diajar orang dewasa yang lebih serius dan membangun suasana belajar yang kondusif, saya juga senang membahas soalan dan pertanyaan yang mereka kemukakan, rasanya kembali ke jaman dulu, ketika saya jadi idola di kelas Listening dan Structure 😈 .

Tapi satu hal yang mungkin paling membuat perbedaan, adalah cara pandang saya sekarang. Dulu, menjadi guru menjadi profesi terakhir yang ingin saya lakoni. Meskipun saya kuliah di jurusan yang mencetak guru, saya paling ogah kalau disuruh ngajar. Kalaupun terpaksa ngajar, karena dipaksa teman seperti saat ngajar di SMAN 7, atau kala PPL, hasilnya juga kurang maksimal karena saya mengerjakannya dengan setengah hati.
Sekarang, setelah mengenal begitu banyak guru luar biasa di blogosphere, saya menyadari, ini bukan profesi main-main! Profesi guru adalah ujung tombak masa depan pendidikan bangsa. Tulisan-tulisan mereka menggugah saya, keresahan mereka akan makin carut-marutnya dunia pendidikan di Indonesia, muaknya mereka akan makin dibisniskannya pendidikan, mengesampingkan tujuan utama pendidikan itu sendiri dan lebih mengutamakan profit, membuat saya benar-benar ingin menyumbangkan sesuatu demi kemajuan pendidikan di negeri ini.
Dan kesempatan sudah diberikan Tuhan kepada saya, hanya tinggal menghitung hari saja sampai saya benar-benar nantinya mendapat predikat ini, guru. Dan kembali, pesan dari Bang Eby terngiang di benak saya, whatever you become, be good. Jika saya akhirnya memang ditakdirkan menjadi guru, jalanilah profesi guru ini dengan menjadi guru yang baik, dan sebaik-baik guru, adalah yang memberi manfaat bagi kebaikan muridnya.

Semoga saya bisa menjadi guru yang baik.

21 thoughts on “Being A Teacher”

  1. Abang jadi terharu Med membaca niat mu menjadi guru yang baik. Sampe merinding. Semoga Allah mengabulkan doa kita. Dan abang sependapat bahwa :

    sebaik-baik guru, adalah yang memberi manfaat bagi kebaikan muridnya.

    seperti kisah di buku Laskar Pelangi .. bagaimana seorang murid yang begitu terkesan dengan gurunya. Abang doa kan semoga Allah melapangkan jalan Amed untuk menjadi guru yang baik. Inilah ladang amal yang diberikan Allah agar Amed punya deposito yang melimpah diakhirat nanti. Amin.

    Reply
  2. aku mau tanya mas, apakah seorang guru yang tidak bisa membuat muridnya pintar dan tidak bisa mentransfer pengetahuannya kepada muridnya masih bisa disebut guru? aku pernah ngajar dan aku gak yakin mereka mengerti apa yang aku ajarkan. 😀 habis setiap kali aku kasih PR, mereka ngerjainnya salah terus. jadinya, hopeleeeeeeess banget.

    Reply
  3. @ Mr. Fortynine
    Okeh…

    @ Goenawan Lee
    Mana? Mana BU Venus-nya?
    *menantang badai*

    @ cK
    Saran dipertimbangkan 😉
    *dihajar massa*
    Sayangnya saya ngajar SMP kok…

    @ Arifkurniawan as Bangaiptop
    Kalo gitu dimohon advis dan saran dari yang udah jadul berpengalaman, Bang…

    @ Stey
    Semoga saya dikuatkan jika ternyata tanggung jawab itu lebih besar dari yang saya kira…

    @ Calonorangtenarsedunia
    Apalagi kalo jadi Guru Bangsa kan?

    @ Itikkecil
    Makasih, *kedip-kedip*

    @ Guh
    Ahaha, semoga. BTW, kamu tahu dari mana kalau saya baik dan bahagia?

    @ Erander
    Semuanya berawal dari niat, Bang. Dengan niat yang lurus, saya harap segenap alam semesta juga akan bahu membahu membantu saya mewujudkan kebaikan untuk semua. Semoga. Makasih banget doa dan sarannya. Saya belajar banyak dari Bang Eby.

    @ Gentole
    Wah, soal teknis, saya sendiri juga sampai sekarang masih ragu apa saya bisa mengajar dengan baik. Tapi mungkin, ini mungkin, selain menguasai apa yang ingin kita sampaikan, saya rasa kita juga harus mengasah teknik bagaimana agar kita bisa menyampaikannya dengan baik pula.

    @ Andrew Anandhika Wijaya
    Menjadi guru saya rasa tidak harus terikat pada status akademik semata kan?

    @ Alfaroby
    Makasih…

    Semoga meskipun tanpa tanda jasa tapi tetap sejahtera dan tunjangannya mencukupi…

    @ ‘K
    Thanks jenderal!

    14. Moerz, anaknyaCHIWygdiadopsiADIT&NIEZ
    Semangat Pagi! Sudah dikerjakan Pe-ernya?

    @ Anang
    Wohoho, semoga saya bisa se-nasionalis itu…

    Reply
  4. @ Andrew Anandhika Wijaya
    Tapi mengajar kan bukan Bid’ah yaa achooo… :mrgreen:

    @ Kangguru
    Makasih, Pak… Tapi sebelum saya membangun bangsa, doakan SK saya cepat keluar ya.. hehe…

    Reply

Leave a Comment