ST12, Lethologica Dan Kemampuan Mengapresiasi

Tak bisakah sehariiii saja, saya tidak mendengarkan lagu Es Teh 12???

Begitulah kira-kira bunyi pesan pendek yang dikirim seorang rekan yang (mungkin) merasa eneg dengan tingginya airplay ST12, satu grup musik asal Bandung yang membawakan lagu-lagu bernuansa Melayu.

Suka tidak suka, rela tidak rela, tak bisa dipungkiri, lagu-lagu ST12 saat ini memang “merajai blantika musik Indonesia”. Bersama kompatriot mereka semacam d’Masiv, Vagetoz, Hijau Daun atau Kangen, lagu-lagu mereka diputar di mana-mana; di radio, di televisi, di angkot, di tukang cukur, di warnet, di minimarket, di komputer Pakacil, di ulang tahun Kayuh Baimbai, dan lainnya.

Band ini memang laris, itu tak saya bantah. Pun, di postingan ini saya tidak ingin membahas kualitas musikalitas band-band yang saya sebutkan di atas, karena memang bukan itu yang mau saya bicarakan, biar penikmat musik sendiri yang menilainya.

Kembali ke topik awal, soal ST12, ada satu hal yang menurut saya unik dari salah satu lagu mereka yang berjudul “Putri Iklan.” Di salah satu baris yang berbunyi “Kan kupeluk dia sampai mati” kerap, kalau tidak bisa saya bilang selalu, saya mendengar ada bagian yang error sehingga lagunya menjadi “Kan kupeluk-kupeluk dia sampai mati” Ya, baik lagu yang di tukang cukur, di Plasa Telkom, di rumah Pakacil, semuanya error-nya di tempat yang sama!?

Kalau ini memang kesalahan dari “sononya,” artinya memang mereka (ST12 atau produsernya) yang, sengaja maupun tidak, membuat lagu ini jadi mengandung bug, mungkin tidak masalah, walaupun rasanya kok ya aneh aja kok sebuah lagu dibiarkan error begitu sampai fase produksi dan pemasaran. Lain halnya kalau ternyata lagu dengan error tersebut saya dengar di berbagai tempat karena sumber lagu bajakannya lah yang sama! Nah, di sinilah justru saya merasa ada yang terlalu kelewatan.

Kalau memang ST12, sebagai musisi yang pendapatan utamanya mestinya dari penjualan kaset atau CD, berapa juta keping yang harusnya sudah mereka hasilkan? Kenyataannya, penjualan album mereka ya relatif biasa-biasa saja, dan mestinya bisa jauh lebih baik dari sekadar double-platinum.

RBT?
Ya, bolehlah laku di situ, tapi ya tetap saja kan produk mereka itu album berisi selusin lagu, bukan cuplikan tiga puluh detik yang bahkan tidak didengarkan oleh si pembeli???

Nah, saya jadi ingin bertanya-tanya, kalau Anda, yang sedang membaca tulisan saya saat ini beranggapan kalau lagu-lagu ST12 bagus, sudah terpikirkah untuk mengapresiasi mereka? Sudah terpikirkah untuk tidak sekadar mendownload atau mengcopy album mereka dari harddisk teman anda, melainkan membeli kaset atau CD mereka yang aseli?

Tidak, ini bukan masalah idealisme atau “It’s a crime” seperti yang diungkapkan seorang teman yang kebetulan nge-host di acara Music Legend-nya Duta TV Selasa malam lalu.

Ini masalah menghargai karya orang lain yang kita anggap benar-benar bagus. Dan pemikiran semacam ini kerap bergumul dalam pikiran saya. Yes, jujur saya akui, saya juga sering mendownload beberapa ribu lagu dari Internet, who hasn’t? who hasn’t?™. Hanya saja, alangkah indahnya kalau kita mengimbanginya juga dengan membeli apa yang benar-benar kita sukai? Dan untuk hal ini, saya memberi kredit khusus untuk Fortynine, yang jika menyukai satu band atau musisi akan mengoleksi lengkap kasetnya… Ya, meskipun ia kerap memaki-maki Dewa dan Ahmad Dhani, toh kenyataannya koleksi albumnya lengkap tuh dari album satu sampai album terbaru.

Saya masih ingat kala SMP dulu, dengan uang saku hanya 500-1000 rupiah sehari, saya masih paksakan sempatkan diri menabung demi membeli album DEWA 19 Terbaik-Terbaik. Nah, sekarang, setelah punya penghasilan sendiri, kenapa membeli album musik harus terasa berat ya? Jangan bilang harganya mahal kalau beli pulsa aja masih bisa, ke warnet aja masih bisa, makan di gerai siap saji masih bisa.

Akhirnya secara sepihak saya putuskan, kalau saya akan mengapresiasi musik dari musisi Indonesia yang saya anggap bagus, dengan membeli album original mereka.

Padi sudah saya koleksi sejak lama, tapi ini kasus khusus.
Sekarang, pertanyaannya, kenapa harus cuma Padi?

Dan setelah mempertimbangkan matang-matang, maka, saya memutuskan, band berikutnya yang harus saya koleksi lengkap dari awal CD-nya adalah….

Letto Lengkap 3 Album

Ya, beberapa bulan ini saya coba menyisihkan penghasilan saya untuk hunting album-album awal Letto. Dan ketika akhir bulan lalu mereka meluncurkan album ketiga yang berjudul Lethologica, saya segera ke toko kaset untuk kemudian dihadang pertanyaan yang “itu lagi itu lagi”:

CD-nya gak ada gambarnya mas?

Yah, saya hanya ingin mendukung seruan Hericz dua tahun yang lalu…


Beberapa musisi yang masuk pertimbangan, dan mungkin juga akan saya koleksi albumnya: Jikustik, Mocca, Drive, La Luna, dan Clubeighties. Ada saran?

33 thoughts on “ST12, Lethologica Dan Kemampuan Mengapresiasi”

  1. Tak bisakah sehariiii saja, saya tidak mendengarkan lagu Es Teh 12???

    Kemaren saya nyanyi lagu ST 12 di kawinan tetangga, dengan iringan minus one ditonton anak-anak kecil yang tampangnya tertekan…

    ***

    seorang teman yang kebetulan nge-host di acara Music Legend-nya Duta TV Selasa malam lalu…

    tinggal dia yang belum jadi guru ya met… 😛

    ***

    di radio, di televisi, di angkot, di tukang cukur, di warnet, di minimarket, di komputer Pakacil, di ulang tahun Kayuh Baimbai

    e buset…!

    ***

    Koleksi kaset lengkap Sheila on 7 saya hasil mewaris dari B FM sekarang hilang dipinjam oknum teman yang sekarang tidak lagi mengakui saya sebagai teman… Lebih mending mana, mengunduh di internet atau nyolong barangnya langsung??

    ***

    Ah, berarti saya sore ini ke rumahmu ndul, ada yang perlu..

    Reply
  2. Cuma ttg Kangen Band..
    kayaknya ST 12 masih belum bisa mengalahkan Kangen Band..
    jadi jangan disama2in bos..

    (Kangener)
    hehehe

    Reply
  3. Sayang, kalau di label mayor biasanya artis cuma dapet persenan sedikit dari penjualan album mereka; katanya untung bersihnya buat mereka lebih banyak dari RBT, merchandise, atau fee manggung… 😕

    Reply
  4. Kak, Maksudnya ditautkan ke site Cherin apa ya?
    kok tiba2 ada info bahwa tulisan kakak ditautkan ke cherin.
    kasih penjelasan.

    Es teh lagunya ada nuansa melayu+dangdutnya. gak cuma pop doank.
    kupink masyarakat Indonesia kan lebih banyak nerima lagu2 dangdut.Termasuk kak Manusiasuper. HU…

    Reply
  5. melirik comment no.1, ternyata anda wedding singer ya di tetangga ?, terus kapan donk anda mengundang wedding singer di kawinan anda sendiri.
    “Mendengar ManSup nyanyi, saya harus siap2 memungut tai lalatnya yang berjatuhan”

    Reply
  6. Baru seminggu lalu sukses melengkapi koleksi EdanE smua album, dan sekarang sedang berusaha melengkapi koleksi GodBless.
    tapi ya, itu… mp3…. :mrgreen:

    *gak heran band2 tersebut bangkrut & gak produktif*

    Reply
  7. @ ManusiaSuper
    Oh, nyanyi di kawinan ya?
    Kawin kenapa tertekan Om? 😈

    tinggal dia yang belum jadi guru ya met… 😛

    Emang dia lulusan FKIP? Nggak harus jadi guru kan? Lagian kan mantanmu istrinya kan udah keterima CPNS tuh? 😈

    e buset…!

    Serius!

    Koleksi kaset lengkap Sheila on 7 saya hasil mewaris dari B FM sekarang hilang dipinjam oknum teman yang sekarang tidak lagi mengakui saya sebagai teman… Lebih mending mana, mengunduh di internet atau nyolong barangnya langsung??

    Ho ho ho…. 😈
    Keliatannya komenmu kok banyak mengumbar borok sendiri sih? :mrgreen:

    BTW, itu pilihannya kok bias banget?

    Ah, berarti saya sore ini ke rumahmu ndul, ada yang perlu..

    Sore ini saya ngajar anak-anak les…

    @ Nia Sebukit
    Hoh? Jadi setuju bagian mana nih?

    @ Hera
    Sudah pernah? TERLALU SERING malah saya mendengar cengkok melayu karau-nya itu…

    @ Dnial
    Ya, Padi sudah lengkap juga saya koleksi. Slank? Kan ada Fortynine, diberdayakan dong 😈

    @ Ilamona
    Jarang diputer? Drop ke tempat saya aja kalo gitu… :mrgreen:

    @ Kisahdoktermuda
    Sudah beli CD aseli-nya Kangen band dong kalo gitu Om?

    @ Syafwan
    Ah, pernyataanmu, Wan…

    @ Sandi
    Grasi? Aduh, aliran musiknya apa Bang?

    @ Catshade
    Iya, katanya RBT jauuh lebih menjanjikan untuk jadi tambang uang mereka tuh…

    @ Raffaello
    Rock dangdut? Bukannya itu alirannya Bang Haji?

    @ Cenya95
    Es Teh 12 ada di Semarang?

    @ Chesya
    Ditautkan? Ndak tau ya, perasaan ndak ada link ke tempat Cherin… Ah, mungkin karena Cherin ngefans sama Kakak, jadi kalo ada tulisan baru WordPress ngabarin Cherin, hohoho…

    @ Chiw Keyenz™
    Dan sepertinya kita dapat SMS massal yang sama…

    😆

    @ The Hermawanov
    eBuset? Bruri????

    @ Herianto
    Wah, saya kurang tau urusan halal haram bajakan… Saya lebih tertarik melihat dari persepsi “penghargaan” untuk si artis…

    @ Soulharmony
    Tenang aja, kan ada Anda yang akan selalu mengingatkan :mrgreen:

    BTW, pertanyaannya bisa dipersingkat? Misalnya “kapan kawin?” gitu??? :mrgreen:

    @ Jensen99
    Ya, kalo alasannya karena kesulitan mendapatkan CD-CD lawas mereka, masih bisa disangkutin sih, tapi gimana dengan album-album baru yang gampang dicari di toko kaset?

    @ Benkyongeblog & Omiyan
    Jadi sudah pada beli CD aslinya belum? :mrgreen:

    @ Sarah Luna
    Aih, sumur kalee… Dalemmm….
    *mencari Ichal*

    Reply
  8. Halu…Amed….

    Musik, musik dan musik lagi….

    Selamat datang di ranah permusikan indonesia…

    seragam, flat, duit…duit…

    Hati-hati ya Med…dirimu lama-lama tercuci otaknya oleh kapitalis musik indonesia…

    hehehe…

    Salam,
    Eva

    Reply
  9. pada kebanyakan kasus, rendahnya daya beli kerap dijadikan kambing hitam ‘pendonlodan’, dan perilaku tidak membeli CD asli *termasuk saya :mrgreen: *,

    Ini masalah menghargai karya orang lain yang kita anggap benar-benar bagus…

    setuju saya dengan yang ini.

    Reply
  10. Beberapa musisi yang masuk pertimbangan, dan mungkin juga akan saya koleksi albumnya: Jikustik, Mocca, Drive, La Luna, dan Clubeighties… Ada saran?

    Kalau saya maunya koleksi:

    Metallica (CD Original dan video S&M nya)
    Guns N Roses (CD ORiginal dan VCD Originalnya)
    Bon Jovi (CD Original)

    Kendalanya adalah harga harganya yang sampai saat ini tidak manusiawi untuk gaji saya yang bahkan untuk tahun ini baru akan dibayarkan pada bulan April 2009

    Kalau CD Indonesianya
    Slank (dikit lagi lengkap)
    Sheila On 7 (harga CD nya lebih mahal dari CD Slank, jadi yang ini di pending dulu)
    ADA Band (sementara menikmati mp3 gratisannya dulu)
    Karya Karya Erwin Gutawa (masih masuk daftar tunggu yang entah kapan akan terpenuhi)

    Lupa sisanya…..

    Reply
  11. Kalo saiia…

    Letto emang bagus2 lagunya.
    Masuk daftar wajib lah.

    Nidji? Lumayan.
    Masuk daftar wajib deh.

    Kangen? suka banget.
    Masuk daftar “boleh-dicoba”.

    Slank? nggak juga.
    *tergantung selera loh*

    ST12? Boleh juga.
    Masuk daftar “boleh-dicoba”.

    Huahaha.
    *bentar, kok aku jadi nyasar ke blog ini?*

    Reply
  12. @ Abu Geddoe
    Sering mengalami juga sepertinya ya? 😆

    @ Rahmat Sandi
    Dangdut? Saya kira ST12 itu musiknya Melayu…

    @ Ayah
    Salam kenal juga Ayah 😉
    Sudah beli CD-nya ST12? :mrgreen:

    @ Eblogurl
    Mmm… gimana ya, ini tergantung persepsi juga sih, apakah selera musik yang “seragam” itu akibat cuci otak industri, atau sekadar trend sesaat saja… Kalo boleh jujur sih, dari dulu musik (populer) Indonesia ya memang monoton kan? Dan memang itu kan tujuan musisi pop? Untuk “diterima” oleh seluruh kalangan penikmat musik di Indonesia”? Jadi ya saya rasa sah-sah saja kalo mereka akhirnya memainkan musik yang sesuai dengan “selera pasar”.
    Sekarang ya tergantung penikmat musiknya sendiri, mau terus digerus pasar dengan musikalitas menyé-menyé ataukah mulai untuk menghargai musisi yang so called idealis dan mengutamakan kualitas? Kalau kita memilih yang kedua, bagaimana sebaiknya wujud penghargaan kita terhadap mereka? Dengan mendownload empitri saya rasa bukan wujud penghargaan yang sepadan…

    Nah, itulah “core” postingan saya kali ini…

    @ Tan
    Ya itu, kadang saya bertanya-tanya, dulu waktu saya sekolah, semiskin-miskinnya masih bisa beli kaset, dan rasanya itu jadi kebanggaan betul… Lah sekarang kok ya rasanya ogah-ogahan beli ya? Apa karena empitri memang lebih “mudah dan murah” ya?

    @ Fortynine

    Metallica (CD Original dan video S&M nya)
    Guns N Roses (CD ORiginal dan VCD Originalnya)
    Bon Jovi (CD Original)

    Oy, saya ngomongin musisi Indonesia! Kalo barat ya sudah dari tadi saya tulis U2, Manic Street Preachers, Muse dan Radiohead…
    BTW, seleranya mainstream sekali deh :mrgreen:

    Lupa sisanya…..

    Jangan lupa Kerispatih 😆

    @ Rukiizm
    Jah, daftar “wajib” dan “boleh dicoba” itu maksudnya apa ya? Sekadar dengar apa beli CD originalnya? Hayooo…

    Reply

Leave a Comment