Mendengar istilah perubahan iklim, yang terbayang di benak saya adalah filmnya Pak Albert Gore, mantan capres AS yang dikalahkan Pak Walker Bush ituh. An Inconvenient Truth, judul film tersebut, mempopulerkan istilah Global Warming (GW); suatu kondisi di mana terjadi peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Film yang menyabet Oscar itu memposisikan GW sebagai ancaman serius bagi umat manusia.
Kalau menurut Pakde Rovicky, GW sebenarnya adalah siklus yang alamiah terjadi di muka bumi. Akan tetapi, ada perbedaan antara kenaikan suhu bumi yang sekarang kita alami dengan yang dulu, beberapa ribu tahun yang lalu, terjadi. Apa bedanya? Populasi manusia.
Hingga Juli 2008 diperkirakan ada 6,7 milyar manusia yang memadati Bumi. Jumlah ini naik lebih dari empat kali lipat dari seabad sebelumnya. Sebagai perbandingan, manusia perlu menunggu hingga pertengahan abad 19 untuk mencapai jumlah satu milyar! Ya. Pertumbuhan populasi manusia ternyata naik gila-gilaan dalam seabad terakhir! Rajin banget manusia jaman sekarang bikin anak…
Banyak kepala, berarti makin banyak pula yang harus dipenuhi. Pak Maslow, misalnya mengkotak, eh mem-piramida-kan kebutuhan manusia ke dalam beberapa tingkatan. Nggak usah dulu kita bicara kebutuhan manusia paling tinggi seperti moralitas. Kita coba bahas yang paling dasar seperti kebutuhan air, makanan, atau udara untuk bernafas. Nah, Ibu Bumi kita ini harus menyediakan 8 gelas air sehari untuk 6,7 milyar manusia, belum termasuk untuk MCK dan nyuci motor. Dan jumlah itu terus meningkat dari tahun ke tahun… Padahal yang membutuhkan air bukan cuma manusia; hewan juga, tumbuhan juga, pabrik juga, radiator mobil juga, power plant juga… Masih cukupkah air untuk kita semua? Sampai berapa tahun lagi?
Gandhi pernah bilang “Earth provides enough to satisfy every man’s need, but not every man’s greed“. Nah, ini dia yang menurut saya jadi inti masalahnya. Kebutuhan manusia makin banyak. Manusianya juga makin banyak. Dan MANUSIA YANG SERAKAH juga makin hari makin bertambah. Keserakahan inilah, yang menurut saya justru lebih berpotensi menghancurkan dunia.
Ataukah ini mekanisme bumi untuk menghancurkan peradaban yang tengah berkembang pesat ini? Dengan menjadikan bumi terlalu panas untuk didiami manusia, akhirnya umat ini akan musnah, dan di bumi hanya tersisa kaum robot… (kinda reminding me of that WALL-E stuff…)
Halah, saya kok makin melantur ya? Yang jelas sekarang ini kita sudah merasakan dampaknya dalam badai-badai yang makin sering terjadi, perubahan cuaca yang makin gak jelas, dan tenggelamnya pulau-pulau… Bumi sudah memberi tahu pertandanya. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Solusi? Saya juga masih bingung mau menawarkan solusi apa. Yang jelas, menurut saya, Perdagangan Karbon bukanlah sebuah solusi, melainkan hanya wujud lain dari keserakahan mereka yang disebut negara maju tersebut.
Mungkinkah akan ada perubahan dalam iklim keserakahan umat manusia?
kutipan yg sangat manis dan sangat mengena dari pak gandhi
apakah ini mekanisme bumi untuk menghancurkan peradaban yang tengah berkembang pesat ini?
entahlah, mungkin bumi tidak tengah melakukan ‘pembalasan dendam’ melainkan hanya sekedar mengembalikan apa yang telah umat manusia investasikan. kita yang menabur, maka kita pula yang menuai.
—
selamat mengikuti BAD’09
saya masih belum punya ide…
🙄
gud luck ..
memang bumi udah terlalu tua, kasihan harus mikul orang begitu banyak.
jiaaaah, saya belom nulis hihihi
perang dan gempa bisa mngurangi jumlahny
saya malah gak nulis apa-apa di BAD’09 , payah yah
tuilsanmu ini bikin saya malu,
asli buagus bener, jang !
Welcomin atlantis…