Rumah-Rumah Terapung

Letusan Merapi, yang katanya terbesar dalam 140 tahun itu memaksa saya pulang ke kampung halaman. Berhubung sudah lumayan kangen dan dikangeni sekolah, saya pun memutuskan mengunjungi tempat saya mengabdi sejak hampir tiga tahun lalu itu…

Sekolah itu, SMPN 11 Banjarbaru, terletak di ujung utara kota Banjarbaru. 5 kilometer dari jalan utama, komposisi jalan kadang aspal, kadang pasir, dan kadang tanah merah. Jauhnya jarak bisa membuat orang yang pertama kali mengunjungi sekolah ini mikir: “ini ke sekolahan apa mau nyekar?”

Akan tetapi, memasuki pagarnya, semua rasa lelah niscaya akan terobati. Rindangnya, hijau, dan warna-warni bunga masih saja menyambut saya “si pengungsi” ini… Tak lupa celoteh ceria para siswanya, juga binar di mata dan ketulusan di senyum mereka, makin menyegarkan hati, yang agak sesak selama di perantauan.

Sebagai sekolah yang mencanangkan diri “berwawasan lingkungan”, sekolah ini memang agak berbeda, terutama di fokus untuk membina lingkungan. Di depan, taman bunga dan pohon rindang menyambut, sementara bagian belakang sekolah dijadikan ladang untuk praktik bercocok tanam siswa. Nah, di tengah, selain lapangan sepakbola dengan rumput asli, ada beberapa kolam, yang selain berisi ikan, kadang juga berisi kaki-kaki siswa, terutama ketika panas tengah melanda…

All

Dan di kolam itu ketika saya datang, tengah digelar “Festival Rumah Apung”. Belasan kelompok, dari kelas VII sampai IX berkompetisi merancang, merakit, dan mengapungkan rumah-rumah kecil dengan memanfaatkan bahan sederhana, kreativitas dan imajinasi mereka. Para siswa berlomba menghasilkan karya yang, ternyata amat bervariasi, bahkan terkadang “melenceng” dari konsep “rumah”. Berikut beberapa di antaranya:

Maket

(Diorama lengkap dengan gunung dan sungai…)

Monas
(Paduan Monas vs Honai, semacam kritik “pusat vs daerah”?)

Banjar
(Rumah Banjar, kian sulit dicari rumah aslinya.)

View
(Kolam dipenuhi hasil karya siswa)

Jamban
(Wujud kepekaan dan kritik terhadap realitas sosial?)

Karya-karya mereka menjadi hiburan tersendiri buat saya yang tengah dalam “pelarian”, sekaligus membuat saya semakin bangga menjadi seorang guru. Semoga ke depannya kelak lebih banyak lagi karya para siswa dapat dihasilkan, buah ide liar dan kreativitas yang sudah selayaknya diarahkan dengan baik dan benar…

19 thoughts on “Rumah-Rumah Terapung”

  1. @ Manusiahero
    Murah ja, kalo mau ntar dipesanin, hehe…

    @ Misbah
    Yup, anak zaman sekarang kreatifnya beda ya.. Dulu zaman saya es-de, semua anak kalo gambar pemandangan pasti gambar gunung dua, di tengahnya ada matahari dan dibelah sungai… πŸ˜₯

    @ Komunitas Pendidikan
    Dan tak harus kuliah di arsitektur dulu baru membuat sebuah karya… πŸ˜‰

    @ Almascatie
    Saya juga masih terkagum-kagum…

    @ Syafwan
    Nah, itu tergantung kebijakan satpol pp setempat, πŸ˜†

    Reply
  2. Salam kenal juga πŸ˜‰
    Iya Mbak, bisa juga dimodif dengan tema-tema lain.
    Kebetulan sekolah kami lahannya mendukung buat dibikin kolam, kalo di sekolah lain di kota ini, ada juga yang bagian belakangnya bisa dijadiin danau (!) buatan…

    Reply
  3. assalamu’alaikum warohmatullah wb.

    liat tulisan menarik ini di halte blogger-nya Bpost. blog yg menarik, mudah2an ke depannya makin banyak hal menarik & bermanfaat yg lain yg akan dishare disini ^_^

    salam kenal juga dari saya…

    Reply
  4. @Mb Ira
    Iya saya juga paling suka yang itu, “kena” banget rasanya…

    @sp0ngew4ter
    wa’alaikum salaam warohmatullah wb.

    Salam kenal juga mbak πŸ™‚ etapi saya malah ndak tau kalau masuk BPost, loh, di Jogja nda ada BPost soale…

    Reply
  5. @ Nuansahidupku
    Makasih, tulisannya sih biasa aja, karya mereka yang luar biasa…

    @Nia
    Ya itu, aku juga masih tekagum-kagum ngeliatnya…
    @ aRuL
    Muridnya juga online terus kok…

    @ warm
    *ambil sisir sama cermin*

    @ Chemud
    Semoga mereka bisa meraih cita-citanya kelak…

    Reply

Leave a Reply to aRuL Cancel reply