Ya, ‘review‘ tahunan ini akhirnya berganti judul.
Pertama-tama, saya ucapkan selamat dulu untuk rival sekota, AC Milan, yang meraih gelar Scudetto pertama mereka sejak 2004, dan kembali menyamai perolehan gelar Inter menjadi 18. Dengan tinggal menyisakan dua gelar lagi untuk meraih dua bintang di logo klub, persaingan kedua klub di musim-musim mendatang sepertinya akan terus memanas.
Musim ini bisa dibilang sangat tidak nyaman bagi Inter dan para Interisti. Bagaimana tidak, selepas meraih treble musim lalu, berbagai masalah mulai menghampiri. Mourinho kabur ke Real Madrid, dan entah apa yang ada di pikiran Moratti hingga mengontrak Benitez, yang baru mengalami musim nan berantakan di Liverpool.
Transfer awal musim pun begitu ‘luar biasa’, ketika Milan begitu serius memperkuat diri dengan merekrut Boateng, Robinho, Ibrahimovic, (disambung lagi di musim dingin dengan Cassano dan Van Bommell), Inter cuma sibuk menjual pemain. Yang paling kentara, adalah dilegonya wonderkid Balotelli ke Manchester City-nya Roberto Mancini, dengan harapan si bengal mau memperbaiki diri. Praktis, Inter hanya mengambil kiper gaek Castellazzi untuk menambal posisi Toldo yang pensiun, dan Coutinho yang masih terlalu ‘mentah’ (18 tahun).
Hasilnya pun bisa ditebak. Ketika satu-persatu punggawa Inter (seperti Milito, Sneijder, dan yang paling parah, Samuel) mengalami cidera, Nerazzurri mulai kedodoran. Pertandingan kerap berakhir seri, bahkan kalah. Meski sempat memberi gelar Supercoppa dan FIFA Club World Cup, posisi La Beneamata yang tercecer di peringkat enam Serie-A, ditambah sikapnya yang ‘menantang’ Papa Moratti, tak urung membuat Benitez akhirnya harus meletakkan jabatan.
Dan ketika Leonardo masuk, diikuti oleh Pazzini, Ranocchia, Kharja dan Nagatomo, performa Nerazzuri mulai membaik, namun sudah terlambat. Inter hanya mampu meraih posisi Runner-Up, yang bisa dibilang sudah lumayan jika melihat penampilan mereka di paruh pertama. Gelar scudetto pun harus direlakan menjadi milik Milan, yang memang bermain lebih konsisten sepanjang musim. Di Champions League, meski sempat bermain luar biasa ketika mengalahkan Bayern di Allianz Arena, Inter tak kuasa menahan gempuran klub Jerman lainnya, Schalke ’04 di Perempat Final.
Satu-satunya gelar yang diraih di pengujung musim 2010/11 adalah Coppa Italia. Gelar yang mungkin tak ada apa-apanya dengan pencapaian di 2010, namun setidaknya masih mendingan ketimbang nihil gelar atau bahkan sampai gagal ke kompetisi Eropa.
Musim depan, Milan sudah memastikan memperkuat lini belakang mereka dengan pembelian Mexès. Jika Inter tidak bergerak cepat, bukan mustahil predikat “Zero Tituli” akan jadi milik Inter. Peremajaan haruslah jadi solusi; Materazzi, Córdoba, Lucio, dan Samuel sudah lewat 32 tahun di belakang, sementara Maicon terus-menerus digosipkan akan hengkang. Di tengah, meski masih cukup solid, Inter perlu gelandang serang tambahan, mengingat stamina Sneijder yang kerap jadi masalah. Untuk posisi penyerang? Alexis Sánchez!
To sum up, meraih posisi kedua setelah sempat tertinggal belasan poin, jadi satu-satunya klub Italia di 8 besar UCL, dan meraih Coppa, meski bukan hasil terbaik, merupakan pencapaian yang harus tetap diapresiasi. Semoga musim depan lebih baik dari musim ini, Forza Nerazzurri!!
yah… turut mengucapkan selamat juga lah dan apapun yg dilakukan inter.
yg penting milan jangan pakai kostum yg ada sponsornya bwin lagi, nanti susah juara
🙄
Apapun itu, tetap….
Forza Internazionale!!!
@Wahyu: bwin itu kan situs judi om, padahal berjudi itu juga haram…
@Itikkecil: *ngasih tos ke sesama Interisti*