Beralih Ke Zorin OS 16

Sewaktu awal mencoba Linux saya pernah menginstall Zorin 15, namun dalam sehari langsung pindah ke distro lain. Laptop ASUS X550Z saya yang panasan itu dapat banyak masalah, dan akhirnya cuma awet pakai Solus.

Maju dua tahun, tepat 17 Agustus 2021 lalu, Zorin meluncurkan update besarnya di seri 16. Kebetulan ada rekan yang pengen menjajal Linux di laptopnya. Ekspektasi tidak terlalu tinggi sih, berhubung laptop beliau juga terhitung jadul dengan Intel Core i3 Gen2. Ternyata lumayan lancar, asal nggak dipakai kerja terlalu berat. Masalah yang ditemui terhitung minor, seperti tombol pengaturan kecerahan yang tidak berfungsi, dan diakali dengan menginstal Brightnessctl.

Setelahnya, giliran saya yang kepincut. Kebetulan setelah setahun dengan Manjaro, rasanya pengen ganti suasana. Akhirnya awal September, Zorin resmi menjadi daily driver saya di PC Mandalorian.

Zorin di Neofetch

Zorin 16 diluncurkan dalam dua versi: Pro seharga 39 USD, dan versi Core yang gratis. Saya ngambil yang gratis tentu. Bagi yang komputernya kentang banget, tersedia juga versi Lite, tapi sementara ini baru tersedia versi 15.3.

Di versi Core, kita dapat 4 pilihan layout desktop. Dua teratas mengadaptasi gaya Windows 7 dan XP banget. Sementara yang bawah mengikuti layout standar GNOME dan Ubuntu. Mau layout lain seperti MacOS atau Windows 11? Belilah versi Pro.

Pilihan layout Zorin 16 Core. Kiri atas jadi favorit saya.

Di Zorin Appearance, kita juga bisa sedikit mengubah aksen warna, dark/light mode, dan mengaktifkan animasi. Gimmick yang juga lucu adalah Jelly Mode yang membuat jendela bisa goyang kayak agar-agar ketika kita seret.

Sebenarnya dari segi kustomisasi tampilan, Zorin jadinya lebih minim ketimbang Manjaro apalagi MX Linux. Hanya saja, justru ini jadi keunggulan buat saya. Saya nggak perlu sibuk ngatur tampilan, dan bisa lebih fokus ke kerjaan atau main game.

Segini juga udah cukup, ga perlu banyak utak-atik lagi.

Hal lain yang juga saya suka adalah keyboard shortcut-nya yang udah disamakan dengan Windows. Saya yang sudah bertahun-tahun terbiasa dengan shortcut ala Windows jadi nggak perlu kustomisasi lagi agar workflow bisa berjalan lancar.

Untuk aplikasi, berhubung Zorin ini berbasis Ubuntu, software center-nya sudah lumayan lengkap lah, dan sebagian aplikasi sudah disertakan versi Snap atau Flatpak. Masih kurang ya tinggal kombinasi gugling dan sudo apt-get via terminal. Seperti turunan Ubuntu lainnya, saya juga kurang suka sih dengan software center-nya Zorin, apalagi dibanding Pamac-nya Manjaro dengan AUR-nya. Solusinya, seperti biasa, Synaptic Package Manager.

Sejauh ini, beberapa aplikasi yang saya install berjalan mulus. Zoom meeting lancar, Google Chrome, walau installnya ribet, pemakaian aman. Emulator juga mulus, termasuk Mupen64Plus yang di Manjaro tak pernah bisa lancar.

Tl;dr, menurut saya berikut beberapa keunggulan Zorin OS 16, terutama dibandingkan Manjaro:

  1. Cantik
  2. Simpel, tak perlu banyak utak-atik tampilan
  3. Stabil, jarang banget bengong apalagi crash
  4. Keyboard shortcut udah ala Windows banget
  5. Aplikasi beragam dan lebih kompatibel dari segi hardware

Sementara kekurangan yang saya rasakan antara lain:

  1. Software center-nya nggak enak dipakai, kangen Pamac
  2. Kadang ribet pas mau install aplikasi, kangen AUR
  3. Ubuntu-nya LTS, mengejar stabilitas memang, tapi yaa berasa ketinggalan aja, kangen rolling release

Kesimpulan akhir, sebagai distro siap pakai, sepertinya Zorin akan bertahan lama sebagai OS utama di PC saya. Segala kemudahan, kesimpelan, dan kompatibilitasnya membuat OS ini layak dicoba, apalagi kalau Anda baru pertama kali pengen migrasi dari ekosistem Windows.

2 thoughts on “Beralih Ke Zorin OS 16”

  1. buset, prosesor i3 dianggap jadul, apakabar prosesor fujitsu jadul saya itu :))
    coba sesekali instal debian laah itu di leptop jadul saya sahaja masih lancar sampai skarang

    Reply
    • 2011 itu 10 tahun yang lalu loh Om, sudah masuk lah kategori jadul…

      Debian, seperti pernah saya bahas, udah tiga apa empat kali nyoba install, tetap gagal melulu eh 🙁

      Reply

Leave a Comment