17 – Ways To Win My Heart?

Mari melanjutkan tantangan menulis yang apdetnya lelet banget ini.

Saya memaknai pertanyaan ini lebih general saja ya, soalnya kalau terlalu personal masalah hati seperti baperan sekali. Ini seperti bagaimana tipe orang yang bisa capture my attention sehingga saya mau meluangkan waktu lebih buat mereka.

Ada beberapa kriteria yang bisa membuat saya tertarik buat ngasih perhatian lebih. Tak harus dipenuhi semua sih, tapi kalau banyak yang kebetulan sama tentu akan lebih bisa meng-captivate perhatian saya.

A. Musical Talent

Ini semacam kriteria tercepat yang membuat saya tertarik. Kalau udah lihat orang suaranya bagus atau bisa memainkan instrumen musik, wah saya gampang sekali terpesona. Lebih kagum lagi kalau instrumen yang bisa dimainin itu adalah piano, berhubung saya suka dan kepingin banget bisa main alat musik satu itu.

B. Humor Taste

Selera sok tinggi saya kadang mematok level humor harus berat seperti mendiang George Carlin. Kenyataannya di keseharian, humor ringan justru lebih mudah bikin saya ketawa. Tak harus witty banget, asal nggak toxic, seksis, nyerang fisik dan isu SARA, becanda yang receh-receh itu justru bisa lebih mendekatkan.

C. Smartness

Saya paling terganggu memang kalau harus menjelaskan ulang sesuatu yang saya kira sudah cukup jelas. Makanya kalau ada orang (biasanya sama murid juga gitu) yang ketika saya jelaskan suatu konsep udah bisa langsung paham dan nemu contoh dan aplikasinya, wah saya senang sekali. Balik ke poin A juga gitu, ketika cepat menyerap lagu baru untuk dimainkan atau dinyanyikan sudah cukup buat membahagiakan saya.

D. Introversion

Rasanya, hidup saya ini dikelilingi orang-orang ekstrovert yang berebut minta diperhatikan, didengarkan, dimengerti, dan seterusnya. Tak masalah juga sih, saya suka-suka aja juga mendengar keluh kesah mereka. Mayoritas mereka yang curhat ke saya biasanya ya para ekstrovert ini, yang memang suka bicara soal apapun tentang diri mereka sendiri.

Hanya saja, dengan para introvert, saya justru bisa bicara sesuatu dengan sudut pandang jauh lebih mendalam. Deep talk tentang isi perasaan mereka yang kadang sulit sekali keluar justru lebih menguatkan dan seakan menyadarkan saya kalau jiwa-jiwa nan halus ini jauh lebih perlu diperhatikan ketimbang mereka yang hidupnya sudah penuh “spotlight“.


Selesai nulis, habis dibaca lagi kok ya masih mengawang sekali ya kriteria-nya. Ya sudah lah intinya ya begitu dah.

Leave a Comment