Writing Challenge dan Konsistensi

Lagi-lagi ada writing challenge gitu melintas di timeline saya usai ngeliat Om Warm dan Kak Kimi posting ginian. Jadi pengen ikut tapi ragu-ragu, soalnya mood menulis saya ini parah sekali konsistensinya. Tapi tak apa lah, dicoba aja dulu semampunya, mumpung…

Bertualang di KDE

Kalau saya ditanya, apa Desktop Environment (DE) favorit saya di Linux, mungkin saya bisa langsung jawab GNOME. Alasannya? Karena itu aja yang sering dipakai, sesederhana itu. Jawaban ini membuat saya merasa seolah ganti DE itu tak semudah gonta-ganti distro. Hal…

Mencoba MX Linux

Ketika ganti mesin, SSD sepenuhnya saya format sebagai partisi sistem, sementara Harddisk lama dijadikan penyimpanan utama. Nah, di HDD sebenernya masih ada partisi kosong bekas instalan Ubuntu. Di sinilah saya kepikiran untuk menambahkan satu distro sebagai sarana eksperimen. Pertanyaannya, mau…

Lima Alasan Menggunakan Manjaro

Catatan: Postingan kali ini ditulis dari MX Linux :)) Setelah ganti mesin dan banyak mengutak-atik Manjaro, tak bosan saya mengatakan, ini distro Linux paling nyaman buat dipakai sejauh ini. Saya memutuskan menjadikan distro ini sebagai daily driver di Mandalorian karena…

Mencoba Manjaro

Sejak pertama migrasi ke Linux hampir setahun ini, tak banyak distro yang saya coba. Zorin atau Kubuntu misalnya, cuma sekadar diunduh ISO-nya, dicoba bentar, bingung, lalu diganti yang lain. Sempat juga bereksperimen di USB Drive dengan Peppermint dan Puppy Linux,…

Merakit PC (Lagi)

Call me old-fashioned lover boy, tapi kalau disuruh memilih, saya lebih suka bekerja di depan PC dibanding laptop. Entah kenapa, ada nuansa yang tak bisa terganti ketika klak-klik mengetik di keyboard besar diiringi suara kipas casing. Memang, sekarang keberadaan PC…