“The measure of a man is what’s left when fame falls away.”
– Karl

Bahwa U2 adalah salah satu band terbesar di muka Bumi, mungkin banyak yang sudah tahu. Bahwa grup asal Dublin, Irlandia ini telah menelurkan belasan album dan puluhan hits, juga sudah jamak didengar. Bahwa sudah lebih dari 150 juta kopi albumnya terjual, dan megakonsernya di berbagai negara terus dipadati penggemar, ini bukan berita baru. Selain itu, setumpuk penghargaan yang mereka dapatkan, termasuk 22 Grammy, cukuplah mewakili apresiasi dunia musik terhadap karya mereka.
Akan tetapi, jangan lupa bahwa mereka juga pernah jadi orang biasa. Mereka juga jadi anak SMA seperti pemuda kebanyakan, di sekolah yang juga biasa-biasa saja. Mereka pernah bermimpi besar, berangan-angan ingin menaklukkan dunia lewat musik. U2, untungnya, mampu mewujudkannya; karena tidak semua orang bisa seberhasil mereka. Salah satu yang tak berhasil tersebut adalah Neil McCormick, dan Killing Bono dengan kejamnya bertutur tentang ketidakberhasilan itu…
Linimasa film ini bermula pada 1976, di satu peristiwa yang sudah umum diketahui para fans U2; ketika Larry Mullen Jr. memasang pengumuman mengundang beberapa remaja di Mount Temple Comprehensive School, Dublin untuk membentuk sebuah band. Ivan McCormick menjadi salah satu yang berminat, dan sempat bergabung untuk nge-jam bersama remaja lainnya: Dave Evans, Adam Clayton, dan Paul, Paul Hewson.
Paul adalah juga sahabat karib Neil, abang Ivan. Keduanya punya kemiripan dalam berbagai sisi; frontman, ngganteng, berkharisma, dan punya ambisi luar biasa besarnya. Keduanya berjanji untuk saling mendukung jika sukses kelak. Janji yang bahkan langsung dilanggar Neil sebelum mereka berhasil; Neil ‘membajak’ Ivan adiknya dari Paul cs.
Neil yang juga jago menulis ini membentuk band sendiri, dengan Ivan sebagai gitaris utama dan dirinya sebagai vokalis. Ia kerap membagikan kaset demo kepada rekan-rekan di koran kampus tempatnya nyambi sebagai penulis artikel musik. Persaingan terbuka pun terjadi antara kedua sahabat itu, dan band mereka. Persaingan yang tidak seimbang, sangat-sangat tidak seimbang, pada akhirnya.
Ketika Paul -lebih dikenal sebagai Bono- dan bandnya yang kelak dinamai U2 meraih popularitas luar biasa, Neil dan Ivan masih mengais-ngais sudut kota London, mencari cara agar mereka dapat dikenal oleh para promotor yang semoga dapat mengenalkan mereka pada dunia. Ambisi besar Neil dan bakat luar biasa Ivan seakan terkubur oleh sederet peristiwa tak menguntungkan, kesalahan waktu, tempat dan orang, serta keputusan-keputusan buruk yang tak henti diambil oleh Neil.
Ya, perbedaan mendasar antara Bono dan Neil adalah caranya menyikapi ego yang begitu besar. Neil terlalu angkuh untuk menyambut tawaran bantuan dari sahabat masa kecilnya itu, dan memilih tetap menjadi band medioker, menyisakan Ivan, yang di puncak kemarahannya, meninggalkan Neil sendirian tanpa siapa-siapa. Dan ketika penyesalan itu datang, ketika Bono dan Neil tinggal beberapa meter jaraknya, dengan sepucuk pistol siap meletus, semuanya seolah sudah terlambat, terlalu jauh untuk direngkuh kembali…
Killing Bono diangkat dari memoar karya Neil McCormick sendiri, Killing Bono: I was Bono’s Doppelgänger. Neil sendiri saat ini menjadi kritikus musik kenamaan di The Daily Telegraph, memanfaatkan bakat menulisnya yang sempat tersia-sia akibat perjuangannya menggapai mimpi sebagai bintang rock. Perjuangan nan tragis dan penuh kesialan itu diangkat ke layar lebar dalam bentuk kisah komedi nan pahit, menempatkan Neil di kursi pesakitan sepanjang film. Penonton digiring untuk ikut menghujat dan menertawakan kebodohan-kebodohan yang dibuatnya. Terlebih lagi dengan pembanding sekaliber Bono, Neil terlihat makin kecil, dan hina.
Film ini menurut saya menarik, karena di balik kesialan bertubi yang dialami Neil dan Ivan, terungkap realita yang jarang terekspos; bahwa dalam piramida industri musik, sangat banyak musisi berbakat yang tersia-sia dan tercabik kariernya dikarenakan sikap dan manajemen yang buruk, serta, to some extent, nasib yang tidak memihak. Beruntunglah musisi zaman sekarang, yang dengan bantuan teknologi, mampu memperkenalkan musik mereka lewat Youtube, SoundCloud atau beragam situs berbagi musik lainnya. Ada tahapan-tahapan yang tak harus mereka hadapi terlebih dahulu, walau ada pula beragam tantangan di depan mereka, seperti banyaknya orang yang siap untuk membuli karya mereka, langsung, tanpa filter.
Killing Bono dirilis tahun 2011, disutradarai oleh Nick Hamm dan dibintangi oleh pemeran Prince Caspian, Ben Barnes dan si unyu Rob Sheehan. Akan tetapi cast paling berhasil di film ini, menurut saya adalah Martin McCann yang perannya sebagai Bono kadang bikin merinding; aura dan kharismanya mendekati Bono aseli!
Film ini cocok dan direkomendasikan untuk para fans U2 dan Bono, dan akan lebih cocok lagi untuk ditonton mereka yang tidak suka bahkan membenci Bono. Oh iya, satu lagi, lagu-lagu soundtrack-nya dinyanyikan sendiri oleh Ben Barnes, salah satunya pada video yang saya sertakan di atas.