Budaya Jabat Tangan

Banjarmasin, 21 Maret 2007

Jabat tangan, menurut Wikipedia adalah ritual pendek di mana dua orang saling menggenggam tangan kanan (dan/atau kiri) mereka, dan seringkali diikuti oleh sentakan kecil. Umumnya jabat tangan dilakukan saat pertemuan, perpisahan, memberi selamat maupun membuat persetujuan. Tujuannya menunjukkan niat baik terhadap orang lain, yang bisa jadi awalnya menunjukkan kalau tangan yang saling berjabat tidak memegang senjata.

Beberapa hal yang sering saya temui dalam jabat tangan:
– Kata pakar karakter, Bapak Jacoep Ezra, karakter seseorang bisa diketahui dari kekuatan jabat tangannya. Jadi, a firm grip mengindikasikan kita orang yang tegas dan dedicated. Wah, berarti saya orangnya agak “lemah” dong, soalnya jabat tangan saya kerap “seadanya”.
– Jabat tangan terkadang dilakukan dengan dua tangan, terutama sering saya jumpai di acara kawinan. Dua tangan yang tertangkup disusupkan, biasanya disertai dengan selipan amplop 😛 .
– Jabat satu tangan terkadang juga dibumbui oleh ikutnya tangan kiri menempel di punggung tangan, kabarnya untuk lebih “mempererat” jabat tangan tersebut.
– Standar waktu berjabat tangan yang baik adalah dua sampai lima detik, dan sebaiknya diikuti dengan senyum dan tatapan hangat ke arah lawan jabat (?) kita. Kurang lama, kurang senyum dan kurang hangat membuat suatu jabat tangan terasa hambar (dan kita biasanya berlaku semacam ini setiap Jum’at nih…). Kalau terlalu lama, terlalu senyum dan terlalu hangat, apalagi dengan lawan jenis…. Well… I wonder…
– Dalam pertemuan di komunitas MLM tertentu, ada jabat tangan khusus, jabat tangan “sukses”: setelah tangan saling berjabat diikuti dengan saling menggenggam jempol (dengan firm tentunya), dan tangan kiri menepuk-nepuk bahu kanan lawan jabat kita. SUKSES!
– Jabat tangan terkadang diikuti juga dengan cipika-cipiki. Ritual ini terutama dilakukan dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh para pejabat, semacam munggahan seperti yang dialami Beni, atau di komunitas eksekutif muda, “the have” lah mungkin istilahnya.
– Khusus pria Arab (dan juga para Arab wannabe yang niat banget numbuhin janggut) terkadang jabat tangan diikuti dengan cipika-cipiki sambil membelai janggut.
– Di Indonesia, (entah di negara lain) anak yang lebih muda harus mencium tangan orang yang lebih tua sebagai tanda hormat. Budaya ini diwariskan secara turun-temurun, sehingga Nadira pun kini bisa melakukannya.
– Jabat tangan ala Nadira: saat kita bilang mau pergi, dia melambai-lambaikan tangannya tanda kita harus berjabat dengannya. Begitu kita menyerahkan tangan, dia mengambilnya dan “mencium”nya, bisa dengan pipi, jidat, hidung, atau mulut. Kalau anda beruntung kena cium di mulut, relakan saja tangan anda “kebanjiran”, hihihi.

26 thoughts on “Budaya Jabat Tangan”

  1. Kalo jabatan ala semut kok g ada yah, pdhl terkenal banget loh hehe…
    Mengenai jabatan pake cipika cipiki…kalo sesama perempuan ato sesama laki2 sih boleh. Tapi kalo cipika cipiki dg lawan jenis…dosa tuh ga boleh krn bukan mahramnya…lagian jg bukan budaya yg islami.

    Reply
  2. @ Lintang
    jabatan ala semut tuh yang kek gimana ya? Kok saya ndak tau? Ndak gaul nih…

    Duh, kalo gitu berapa besar dosa Pak SBY yah? Tiap kali acara munggahan kan beliau cipika cipiki sama semua istri pejabat tuh?

    @ manusiasuper
    Rogoh-rogoh apa maksud antum?

    @ helgeduelbek
    Wis kesel mungkin Pak, kan yang disalami ratusan…

    @ Biho
    OK BOSS!
    *Salaman sama Boss Biho*

    @ ekowanz
    Tergantung, kalau sama kamu saya ogah 😛

    Hehe, boleh diedit?

    @ wadehel

    Tapi menyebalkan memang kalau salaman dengan orang yang tangannya seperti ikan mati.

    Yang seperti ikan mati kaku-nya atau bau-nya?

    Reply
  3. Saya pernah menyalami seorang wanita, lalu dia hanya unjukkan ujung jari telapak tangannya. Tidak mau disentuh, rasanya seperti disiram air panas. Padahal jelas beliau itu bukan wanita yang anti salaman.
    Mungkin begitu, nasib salesman yang ingin menyalami seorang calon pelanggan ….

    Reply
  4. Eh kebalikan pak Agor, saya pernah menyalami pria teman kuliah, dia cuman kasih mantuk2 ujung jarinya doang ethok2 salaman, o ya udah harom rupanya salaman, herannya abis itu dia nabok bokong saya… wealaah rupanya cara jabat tangannya beda… aku juga bisa tampil beda nabok mukanya… lho kok jadi curhat hehehe…
    Di US klo jabat tangan doang ga akrab klo teman lama pake cipika itu sopan santun-nya begitu…ya lain ladang lain belalang.. 🙂

    Reply
  5. @ passya
    gimme five!

    @ agorsiloku
    Hehe, saya juga jadi ingat pernah ngajak salaman seorang perempuan ditolak, duh rasanya gimana gitu, taunya tiga bulan kemudian dianya yang ngajak salaman, duh rasanya gimana gitu…

    @ peyek
    Waduh, pas jabat tangan jangan-jangan sambil remas-remasan…

    @ deKing
    Iya, pak Ustadz..
    Loh?

    @ Evy
    😀 Nabok bokong Mbak? Waduh!
    Wah, makanya kesehatan gigi dan mulut di US amat diutamakan ya Mbak? Biar pas cipika cipiki ndak memalukan…

    @ jokotaroeb
    Tapi jangan pake cipika cipiki loh ya! Pokoknya™ saya ogah!

    Reply
  6. loh, bukannya cium tangan ke orang (yg lebih) tua itu budaya is, eh, arab? tul ga sih? gue sih ga biasa/diajarin salaman gitu ke bonyok

    Reply
  7. Bisa jadi sih, tapi di (TV) Arab sendiri saya juga ndak pernah liat tuh??

    Eh, bisa aja cium tangan sebenarnya budaya kr, eh, prancis? Soalnya sering saya lihat cowok sama cewek kenalan tangannya pake disun gitu? Nah lo? (Komen ngasal, jangan ditanggapi!) 😀

    Reply
  8. jabat tangan ituu sech perlu itoen-ietong menghapus dosa juga untuk mempererat tali silaturahmi kita. tapi jangan pakek cipika cipiki yaw……………………..

    Reply

Leave a Reply to helgeduelbek Cancel reply