Siapa Yang Harus Bertanggung Jawab?

Saya sangat tertarik mengikuti postingan Jensen99 terkait Tanggung Jawab Blogger; tertarik dengan isi postingannya, dengan komentar-komentar di bawahnya, dengan tulisan Geddoe (sebagai counter “resmi kepresidenan” dari posting tersebut :mrgreen: ), juga dengan komentar-komentar di tempat Geddoe. Mencerahkan, serasa kembali ke 2007. 😈

Saya hanya penasaran, di tengah ketimpangan akses informasi antara pusat-daerah, kota-desa, kampus-kampung, sampai google-syaikh, apakah blog, sesuatu yang sudah hampir dua tahun saya geluti ini akan bisa memperbaiki bobroknya arus informasi yang sampai dari sumber berita ke masyarakat?

Mampukah semua blogger, yang notabene punya media yang hampir-hampir bebas intervensi, menghadirkan informasi yang akurat, berimbang dan jelas?
Mampukah semua blogger memberangus hoax, berita lamer, apologi sensasional, atau kopi-paste gak jelas yang hanya menambah sampah internet dan sampah informasi?
Mampukah semua blogger menerapkan pola diskusi yang sehat, bebas ad-hominem, fallacy, dan saling caci, demi mencapai solusi bersama, dengan melepaskan semua jubah, kesombongan dan kepentingan?
Mampukah semua blogger mengalahkan rating dan mengejar manfaat?
Mampukah semua blogger mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial?

Idealnya sih mampu, tapi apa semua mau yaa?

Ngeblog ya ngeblog aja, ngapain repot sih?

34 thoughts on “Siapa Yang Harus Bertanggung Jawab?”

  1. Setidaknya dengan ngeblog kita memberi sebuah sudut pandang lain dalam sebuah hal, sehingga tak melulu hanya ada satu sudut panjang saja yang beredar.

    Masalahnya, tidak semua orang membaca blog.. :mrgreen:

    Reply
  2. Menurut saya semuanya punya tanggung jawab mencerdaskan bangsa… tentu tanggung jawabnya tidak sama persis, tapi disesuaikan dengan kewenangan dan kemampuan tiap pihak; Pemerintah lewat UU dan program-programnya, MSM lewat medianya… kalo blogger ya lewat blognya masing-masing.

    Roy Suryo? Mbuh ah… 😀

    Reply
  3. hmm… berat ya postingannya….*garuk-garuk kepala*

    but,, hidup nge-Blog wae laah..
    bermanfaat to ga nya kan tergantung dari kita masing-masing yang menaggapinya gimana… hee:)

    Oia bunG amed,, mampiir ke blog saya yaa.. bung amed dapet award tuwh,, ditunggu… 😀

    Reply
  4. Aaah, polling!! Jenius skali 😀

    Media konvensional deh. Mereka itu profesional & brani mati demi penyebaran informasi! :mrgreen: Bahkan mayoritas blogger juga masih nonton TV & baca koran; tapi yang nonton TV & baca koran blum tentu buka internet. :mrgreen:

    Reply
  5. Menurut gw kejar-mengejar BOTD sudah mulai memperlihatkan sikap hipokrit bangsa kita. Katanya blog itu media anti mainstream yang bebas dari kepentingan pemilik modal, tapi nyatanya mengejar traffic itu apa ga sama aja dengan mengejar rating sinetron?

    Euh ngomong-ngomong votingnya sedikit bias, dong? Blogger kan bagian dari masyarakat biasa juga. 😐

    Reply
  6. Katanya blog itu media anti mainstream yang bebas dari kepentingan pemilik modal, tapi…

    Emang siapa yang pernah bilang kayak gini? 😆

    *lirik blog2 beriklan dan paid review*

    Reply
  7. Siapa yang harus bertanggung jawab dalam penyampaian berita dan informasi yang mencerdaskan bangsa?

    menurut saia, semua saling terkait. Pemerintah memiliki otoritas dan kewajiban untuk mengeluarkan regulasi. media adalah media yang mempercepat distribusi informasi. publik sebagai sasaran informasi memiliki hak dan kewajiban untuk memilah dan memilih informasi yang diyakini (secara personal/komunal) kebenarannya.

    ini adalah sebuah lingkaran yang saling terkait, tidak bisa dipisahkan satu dan lainnya.

    dalam lingkaran komunikasi kan ada yang secara teoritis disebut sebagai komunikan, komunikator dan informasi itu sendiri.

    namun regulasi pemerintah yang sangat ketat juga akan membunuh hak mendapatkan informasi. pelaku media yang seenaknya menyalurkan informasi juga berimbas kurang konstruktif untuk membangun kecerdasan bangsa. publik yang asal telan informasi juga ga bener. jadinya ya, tetap tanggung jawab semua.

    Reply
  8. *lirik bang Fertob*
    kok malah mengkambinghitamkan om Roy sih?
    tapi ya… dia juga perlu tanggungjawab… karena om Roy ini banyak didengar dan dipercaya orang
    terutama kalau sudah menyangkut soal foto seleb
    Harusnya semua ikut bertanggung jawab… tapi menuntut bloger terbebas dari tulisan hoax, copas gak jelas ataupun yang memancarkan kebencian itu agak sulit. terutama kalau merasa paling benar sendiri….

    Reply
  9. Informasi seperti partikel debu diudara. Bisa kita hirup sehirup-hirupnya. Bisa kita saring dengan penutup hidup agar yang masuk benar² lumayan bersih.

    Kalau mencegah informasi, boleh jadi kurang bijak. Biarlah informasi berseliweran. Soal benar atau tidak, memang ada pendapat yang mengatakan bahwa .. “kebohongan yang diceritakan terus menerus dalam jangka waktu lama, maka akan menjadi kebenaran”

    Mengerikan memang. Oleh karena itu, perlu memperluas wawasan. Sehingga dapat membandingkan informasi yang satu dengan yang lainnya.

    Btw .. apa kabar Banjarmasin? Sudah musim hujan kah?

    Reply
  10. Si “Berita” dan “Informasi” hamil ya om?
    yang harus tanggung jawab ya yang bikin mereka sampe jadi kya gitu.

    Kalau berita dan informasi-nya nyata-nyata bikin bangsa ini jadi bodo, ya si penyampai dan si sumber berita dong yang harus bertanggung jawab.

    Nah, kalau berita dan informasi yang di sampaikan sudah bermuatan yang termasuk dalam kategori mencerdaskan, akan tetapi bangsanya tetap bodo. Lantas siapa yang harus tanggung jawab?

    Reply
  11. @ Nazieb
    Iya, melihat sesuatu dari “angle” yang berbeda, saya juga berusaha seperti itu dalam menulis…

    Masalahnya, tidak semua orang membaca blog.. :mrgreen:

    Tapi, ini dia… :mrgreen:

    @ Catshade & Mrs Fortynine
    Sayangnya, saya tidak memberikan alternatif “semua” dalam posting di atas 😛

    @ Syafwan
    Gumpalan daging? Dada? 😳

    @ Soulharmony
    Maaf, Kayuhbaimbai itu apa? :mrgreen:

    @ Raffaell
    Dipilih.. dipilih… :mrgreen:

    @ Hera
    Nah, itu dia, banyak yang merasa “mendapat manfaat” dari informasi yang menyesatkan, dan dengan keimanan yang menebal berusaha ikut “memberi manfaat” dengan menyebarluaskan informasi yang menyesatkan tersebut… well…

    @ Jensen99
    Ahaha, media konvensional. Sayangnya media besar ini, ternyata masih tak bisa lepas dari kepentingan pemilik modal…

    *Teringat tiga tahun yang saya lalui di radio pemberitaan*

    @ Abeeayang™
    Yang bukan orang gimana?

    @ Goldfriend
    Weh, serremmm….

    @ Mr. Brain
    Setuju 68% MISTER! :mrgreen:

    @ Doelsoehono
    Ahli surga ya? Ho ho ho, cari yang jenggotan aja kalo gitu…

    @ Roffi
    Ah, gapapa gapapa…

    @ Almascatie
    Ya, masalahnya baik dan buruk itu relatif…

    @ Hariadhi
    Ah, saya kurang tau soal BOTD, sudah lama hanya membaca dari agregator dan social bookmark swasta :mrgreen:

    Bukan bias, kan blogger itu lebih dari sekadar “masyarakat awam kebanyakan” 😈

    @ Catshade
    Memangnya mereka blogger ya? Kirain SEO-er…

    @ Pakacil
    Ada masa ketika arus informasi dibatasi, lalu ada masa ketika keran dibuka selebar-lebarnya, arus tersebut berubah jadi air bah.
    Kebanyakan air ternyata tidak terlalu menyehatkan, maka masyarakat yang semakin cerdas, semoga makin selektif dalam pemilihan informasi… semoga…

    @ Itikkecil

    tapi menuntut bloger terbebas dari tulisan hoax, copas gak jelas ataupun yang memancarkan kebencian itu agak sulit. terutama kalau merasa paling benar sendiri….

    Ini dia masalahnya… Saya selalu beranggapan, merasa benar itu penting supaya kita punya pijakan… tapi merasa benar SENDIRI ini yang kelewatan…

    @ Erander
    Jadi untuk menyaring informasi yang masuk, masyarakat sendiri-lah yang harus punya wawasan yang baik dan benar mengenai saringan macam apa yang layak pakai, begitu Bang?

    BTW, di Banjarmasin hujannya bertalu-talu…

    @ Ahsani Taqwiem
    Semoga kamu lebih bisa menangkap esensi, dan bukan sekadar ikutan trend… 😉

    @ Secondprince
    Maka siapa yang PALING bertanggung jawab? 😀

    @ Co²+Co=Carbonized
    Soal bodo-tidaknya suatu bangsa itu banyak faktor yang mempengaruhi Om, dari gizi, paha dan pinggul ibu, pendidikan dasar dan menengah, ulama, dan ego…

    Reply
  12. @ Secondprince
    Beh, lari dari tanggung jawab 😈

    @ Restlessangel
    *Senyum-senyum*

    @ Lemon S. Sile
    Tantangan? Ah, tidak seberat itu, toh di akhir postingan sudah saya tulis satu baris yang menyejukkan…

    Ngeblog ya ngeblog aja, ngapain repot sih?

    Pemerintah? Ah, mereka repot, mau pemilu… :mrgreen:

    Reply
  13. Eh, kapan hasilnya diumumken?
    Saya vote masyarakat 2 minggu y.l., dengan alasan

    Blogger kan bagian dari masyarakat biasa juga. 😐

    dan semangat anti manja :mrgreen: .
    Tapi setelah itu nyesal karena ternyata pilihan itu banyak yang vote!!
    Kok bisa2nya saya mainstream????
    Padahal waktu pertama isu ini diangkat agenminyak, it was me against everyone else!!!
    Well, mungkin yang lain pilih masyarakat bukan dengan alasan yang sama dengan saya yah 🙄 .

    Reply
  14. Eh, ternyata kok bisa vote lebih dari satu kali? pilihan yang sama lagi.

    Wah, berarti ada ‘permainan’ di balik polling ini 😯

    *protes ke KPU dan MK, kerahkan massa mendemo Amed*

    Reply
  15. @ Fritzter
    Hasilnya akan diumumkan seusai pemilu :mrgreen:

    Kok bisa2nya saya mainstream????

    😛

    Loh? Bisa milih dua kali toh? Apa kukisnya sudah berubah?

    @ Catshade
    Heh? Permainan apaan? 🙄

    Reply
  16. Lha ini saya sukses vote ‘masyarakat’ untuk ketiga kalinya 😎 .
    .
    .
    .
    SAYA MASIH MAINSTREAM!!! 😯 😥

    Semua, ayo cepat vote semua pilihan kecuali ‘masyarakat sendiri’, se-banyak2nya!!!
    Saya harus jadi ruling minority™ lagi!! 😈

    Reply
  17. @ Fritzter
    Emm, kayaknya untuk nge-vote masih bisa, tapi hitungannya ndak berubah… *masih bingung dengan sistemnya nih…*

    Semua, ayo cepat vote semua pilihan kecuali ‘masyarakat sendiri’, se-banyak2nya!!!
    Saya harus jadi ruling minority™ lagi!! 😈

    Ho ho ho…

    Reply

Leave a Reply to ahsani taqwiem Cancel reply