Posting ini semacam sekuel dari postingan serupa di 2018. Waktu itu, saya membuat daftar lima game bergaya gacha yang bisa dimainkan di hape saya waktu itu, Xiaomi Redmi Note 4. Nah, setelah beberapa kali upgrade hape, makin banyak game dari berbagai genre yang saya cicipi.
Masalah dengan game gacha adalah saya selalu main sendirian, berhubung lingkar pertemanan saya lebih banyak main game gaya MOBA atau Battle Royale. Kalau mau mabar sama rekan-rekan yang lain, mau tak mau game-nya ya harus semacam Arena of Valor atau Call of Duty Mobile, lah.
Jadilah, gacha dan RPG sempat agak jarang saya mainkan. Lima game yang saya sebutkan di 2018 sudah (nyaris) nggak pernah saya sentuh lagi dengan berbagai alasan. Ragnarok Rush tak terurus. Star Wars Galaxy of Heroes makin membosankan. Hunters League sempat ngilang dari Play Store, dan Brave Exvius, well, akunnya ribet saat dipindah ke hape lain. Sebenarnya saya masih pengen main Summoners War lagi, tapi ya ampun, saban habis install di hape baru, juga sering ketemu error di sana-sini. Sudah lah, toh masih banyak yang lain.
Hanya saja, cari game baru yang cocok itu sesulit mencoba moving on dari mantan. Beberapa kali saya pengen coba instal yang baru, setelah dua tiga hari dihapus. Rasanya makin sulit mencari game baru di genre ini yang cukup menyenangkan untuk dicoba. Dari sekian banyak, saya rekap lima yang lumayan lama saya mainkan, siapa tahu juga bisa meracuni pembaca. Beberapa emang tidak saya instal lagi sejak pakai realme XT, beberapa lagi, baru saya coba beberapa bulan ini, terutama sejak banyak waktu luang di masa karantina seperti sekarang.
Saya harus jujur, but I hate this game. Gameplay-nya makin ke sini makin menjemukan, ditambah event-nya yang umumnya berbatas waktu, memaksa kita harus rajin login kalau pengen hadiah yang dijanjikan. Satu-satunya alasan saya hingga kini masih bermain, setidaknya setengah jam sehari, adalah menyelesaikan daily mission demi meningkatkan kekuatan Wolverine saya.

Ya, Wolverine, juga banyak karakter lain dari X-Men, Avengers, Spider-Verse, dan dunia Marvel lainnya, itulah jualan utamanya. Fans bisa mengoleksi beragam superhero (juga supervillain) Marvel dengan lisensi resmi. Cuma ya itu tadi, terlalu banyak grinding seperti Blitz dan Raid, dan setelah sekian minggu saya jamin Anda akan bosan memainkannya.
Kalau kebetulan pembaca lebih suka genre MOBA, saya sarankan mencoba Marvel Super War saja. Permainannya lebih seru dan hero yang ditawarkan juga lumayan banyak. Masalah di saya, saat ini CoDM lebih booming sehingga saya tak punya rekan mabar di sana.
#4 Elchronicle
Game gacha ini mengusung genre Action RPG dengan pilihan karakter lumayan beragam juga, plus tiap karakter dikasih lagu tema sendiri-sendiri! Grafiknya bagus dan detail sekali desainnya. Saya memainkannya saat awal-awal pakai Redmi Note 7 pas musim liburan. Masalah ada di durasi tiap battle yang kadang bisa lama banget. Akibatnya, ketika saya mulai aktif mengajar, game-nya jadi ga sempat terurus karena itu tadi, khawatir kalau harus lama banget terjun bertempur.
#3 King’s Raid
Nah, kalau yang ini hampir semua pemain gacha kayaknya udah pernah megang. Salah satu game lama yang juga paling banyak didonlot dan dimainkan secara aktif. Popularitasnya didapat dari berbagai sumber: grafik yang bagus, gameplay yang variatif, dan kalau pemain sabar, bahkan tak perlu nge-gacha untuk mendapatkan karakter yang diinginkan. Untuk yang terakhir, kita perlu angkat topi untuk developer game-nya, Vespa Interactive, yang fokus mengurus game ini dan benar-benar mendengar apa keinginan fans. Mereka bahkan -setidaknya hingga saat ini- cuma merilis satu judul ini aja.
Meski dari berbagai sisi game ini bisa dibilang sempurna, saya sendiri angin-anginan mainnya. Hampir tiap awal ganti gadget saya instal juga game ini, untuk kemudian dianggurkan berminggu-minggu gak dimainin. Mungkin sayanya saja yang kurang komitmen, atau ya itu tadi, keasyikan main CoDM. Tapi sungguh, ini game salah satu yang paling saya rekomendasikan untuk dicoba.
#2 Brave Nine
Dari lima game di sini, ini mungkin yang paling beda gaya bermainnya. Game yang dulu bernama Brown Dust ini mengusung genre Tactical RPG, di mana kita bisa menaroh maksimal sembilan tentara dengan berbagai kesaktian dan efek dalam grid 3×6. Elemen strategi-nya lebih diutamakan, karena di awal saja kita harus bisa menyusun pasukan dengan efektif. Pertarungan sepenuhnya berjalan otomatis.
Game ini baru awal bulan ini saya coba, dan sepertinya menarik untuk dieksplorasi. Sayangnya, untuk saat ini, perhatian saya sepenuhnya tertuju ke game berikut:

Saya tak habis pikir dengan game satu ini. Sebenarnya tak ada yang istimewa dengan Knights Chronicle. Semua elemen bisa dibilang generik saja, sudah ada di banyak game. Pun saya lihat di Play Store, posisinya juga nun jauh di bawah.
Tapi ya saya kok tetap memainkan game ini. Bahkan saya instal game ini di kedua hape saya, agar saat satu perangkat tengah dices, saya masih bisa main di hape satunya.
Mungkin alasannya justru ada di kesederhanaannya. Game ini simpel, waktu bertarung tak terlalu lama, otomatis dan bisa diulang pula, artinya habis saya pencet play, saya bisa tinggal ngerjain yang lain. Lima menit kemudian, grinding selesai, mari cari dungeon lain. Begitu terus sampai semua bonus terkumpul.
Mungkin juga karena Knights Chronicle ini tak terlalu diperhatiin bahkan oleh pengembangnya, bukan prioritas seperti game dari anime ternama itu. Jadinya game sepi ini tak terlalu terganggu oleh banyaknya event. Pemain bisa bermain lebih santai lah dan fokus mengembangkan karakter pilihan.
Hanya saja, jadi ada kekhawatiran juga. Takutnya kalau game ini gak laku lagi, bukan tidak mungkin akan ditutup, dan saya tentu akan sangat kehilangan. Yah, semoga nanti-nanti akan ada sedikit perhatian lebih buat game ini.