Sesuai anjuran pemerentah kala itu, ortu hanya membesarkan dua anak saja. Saya dan adik selisih umurnya hanya sekitar 1,5 tahun, dan dia masuk sekolah setahun di bawah saya.
Berbeda dengan saya yang lembek dan lamban, sejak kecil ia jauh lebih gesit dan cekatan. Karakternya yang cenderung sanguinis terlihat makin berkembang seiring usia. Dia jadi gemar mengatur seisi rumah, juga jadi semacam kepala suku di lingkar pertemanannya. Rumah kerap jadi basecamp di mana ia dan kawan-kawan ngumpul.
Sejak SMP kami tak pernah pergi ke sekolah yang sama. Jurusan waktu kuliah juga jauh berbeda. Dasar memang rezekinya, 2006 dia udah diangkat PNS. Naluri memimpin-nya tentu makin menjadi, dan saat ini udah jadi penjabat eselon aja. Bulan Oktober lalu ia pindah ke kantor Pelaihari.
Di rumah emak kalau lagi ngumpul, perangkat karaoke dan beberapa instrumen musik jadi hiburan rutin. Kebetulan juga kami mewarisi bakat emak bernyanyi tanpa malu dan tak peduli fals segimana. Mungkin selama dia di Pelaihari, waktu bersama bakal semakin jarang, tapi yakinlah, saban ada kesempatan ngumpul, rumah akan tetap se-berisik biasanya.